Catatan Lingkungan Hidup Bang Sem (7)

Luwu Timur Tempat Tuhan Menitipkan Berkah

| dilihat 8687

KAWASAN Luwu Timur – Sulawesi Selatan, persisnya Sorowako dan sekitar, merupakan alam lingkungan yang menarik. Tidak hanya karena di kawasan ini alam menyediakan deposit tambang nikel yang berdimensi lama dalam bentang waktu. Juga karena di kawasan ini terdapat ragam mineral yang belum tergali. Semua tersimpan di perut pegunungan Verbeck.

Dari Maulana Mahendra yang memiliki minat dan mendalami ekologi dan ekosistem daerah ini, saya memperoleh banyak informasi menarik tentang daur hidup dan sistem alam di sini. Mengutip The Ecology of Sulawesi (Anthoni J. Whitten, Muslimin Mustafa dan Gregory S. Henderson), Mahendra mengemukakan,  dari 127 spesies mamalia asli (indege­nous mammals) di Sulawesi, 79 di antaranya me­rupakan mamalia endemis (62 persen), dan persentase ini akan me­ningkat menjadi 98 persen apabila kelelawar dikeluar­kan dari penghitungan.

Di Sulawesi, terdapat 328 spesies burung, 88 spesies (27 persen) di antaranya endemis, dan 81 spesies (25 persen) merupakan burung migran. Sedangkan perairan dan bawah laut Sulawesi merupakan bagian dari coral reef triangle yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya di dunia.  Menurut Dr. Suzy Anna – pakar kelautan Universitas Pajajaran, kualitas koral di daerah ini berdampak pada baik pada perkembang-biakan ikan dan binatang laut lainnya.

Di wilayah ini, terdapat Danau Matano, Towuti, dan Mahalona. Danau matano terletak di Kecamatan Nuha, yang di tepiannya terdapat kota mungil Sorowako dan Nuha. Danau Towuti dan Maha­lona terletak di kecamatan Towuti, beribukota di Wawondula. Pano­rama indah danau Matano, mengundang hasrat untuk melakukan olah raga air, mulai dari renang, ski, dan juga snorckling. Danau-danau ini, terletak di dalam kawasan kontrak karya pertambangan nikel PT INCO (kini Vale Indonesia).

Saya menyebut, kawasan di wilayah Kabupaten Luwu Timur, ini tempat Tuhan menitipkan berkah. Matano, disebut sebagai danau terdalam di Asia Tenggara, dan danau ke delapan terdalam di dunia, yang terbentuk dari proses tektonik selama jutaan tahun. Para pakar memper­kirakan usia danau ini mencapai empat juta tahun.

Danau Matano dengan luas 16.408 ha, berke­dalaman 594 m. Danau Mahalona dengan luas 2440 ha berkedalaman 60 m,  dan Danau Towuti dengan luas 56.108 ha, berkedalaman 200 m merupakan kompleks dan ekosistem air tawar yang mengalir ke Sungai Larona dan Malili. Towuti merupakan danau terluas di Sulawesi. Selain ketiga danau besar tersebut, masih terdapat dua danau kecil dalam kawasan yang sama, yakni Masapi dan Wawantoa. Kelima danau tersebut dinamakan Ekosistem Danau-danau Malili (Malili Lakes System).

SOROWAKO - KOTA TAMBANG NIKEL TERLETAK DI TEPIAN DANAU MATANO |

Dulu danau ini berair sangat jernih, karena dikelola dengan baik. Audit kualitas air dilakukan secara rutin oleh petugas dari PT Inco, yang memperoleh kontrak karya tambang nikel dari pemerintah Indonesia. Kejernihan air danau Matano, ini telah mengundang keingintahuan para pakar. Dan memang, penelitian dengan menggunakan metode cakram secchi oleh G.D. Haffner, Peter E. Hehanussa, itu (2005) mengindikasikan transparansi atau jarak pandang dalam air yang sangat baik di Danau Matano, yakni mencapai 25 m. Peter E. Hehanusa, Ahli Limnologi dari LIPI mengatakan, Danau Matano memiliki keistime­waan yang­  lang­ka bila dibanding­kan deng­an danau-danau di Indonesia.

Menurut Mahendra, walaupun pelbagai riset mengenai kua­litas air di Danau Matano menunjukkan hasil yang menggembirakan, namun ke depan, langkah-langkah pelestarian keajaiban alam ini harus diupayakan dengan serius. Ancaman pencemaran, terutama oleh sampah organik rumah tangga, dipastikan akan menjadi persoalan serius apabila tidak diatasi dari sekarang. Diperlukan penegakan aturan dan kebijakan khusus untuk menata hunian masyarakat di tepi danau dan sungai agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.

Masuknya ikan-ikan “pendatang” juga menjadi ancaman yang sangat serius pada ekosistem danau, karena dikuatirkan akan memangsa ikan-ikan endemis. Beberapa jenis ikan asing, seperti mujair, oscar, dan louhan, mulai banyak ditemukan di Danau Matano.

Diperlukan master plan untuk menjamin ekosistem yang ada tidak rusak oleh aktivitas ekonomi. Misalnya, program perikanan yang di­lakukan di lingkungan danau seharusnya tetap memperhitungkan en­demisitas ikan yang ada, tidak semata-mata mengejar target produksi.

Itulah sebabnya upaya pelestarian Ekosistem Danau-danau Malili harus dilakukan secara bersama-sama dan komprehensif, baik oleh masyara­kat, pemerintah, maupun sektor swasta di Luwu Timur. Program pe­lestarian harus dilakukan mulai dari hulu sampai ke hilir, termasuk pelestarian hutan di tepi danau dan daerah aliran sungai. Semua pihak berkepentingan menjaga kelestarian ekosistem yang layak menjadi warisan dunia ini. Apa yang dibayangkan Mahendra kejadian. Sekarang terjadi pencemaran dan kualitas air danau yang molek itu tak bisa dihindari.

Selain keanekaragaman hayatinya, temperatur Danau Matano dan Towuti juga anomali. Lazimnya, temperatur air di permukaan lebih hangat dari tem­peratur di kedalaman, namun di Matano dan Towuti, temperatur air di kedalaman lebih hangat dari pada di permukaan. Misalnya di Danau Towuti, pada kedalaman 135 m, temperaturnya 1° C lebih hangat dari pada di permukaan. 

PESAWAHAN DI SEKITAR DANAU TOWUTI 

Posisi dasar danau Matano sangat khas, karena letaknya lebih rendah daripada permukaan laut. Hal ini merupakan fenomena alam yang langka di dunia, yang hanya tertandingi oleh Laut Mati di lembah Yordan. Danau ini memang unik, terutama, karena letaknya di antara per­bukitan. Ke­unikan lain danau ini adalah komposisi kimia, dan flora-fauna endemik yang tidak berubah, sejak tahun 1930. Mahendra mencatat:

“Yang sangat menarik dari ekosistem ini adalah endemisitasnya yang sangat tinggi. Masing-masing danau mempunyai pelbagai spesies endemis yang tidak ada di danau yang lain. Spesies yang ada di Matano belum tentu ada di Mahalona dan Towuti, dan sebaliknya. Misalnya, dari 60 spesies copepod, udang, moluska dan ikan ende­mis Sulawesi di sana, hanya satu spesies (udang) yang ada di lima danau tersebut. Towuti misalnya, memiliki 26 spesies endemis Sulawesi dan 15 di antaranya tidak terdapat di lain tempat”.

Beberapa jenis ikan endemis yang banyak ditemui di ekosistem Danau-danau Malili adalah Tamanka sarasi­norum,  Oryzias matanansis dan Dermogenys  weberi dari Danau Matano, Telmaterina bonti dari Maha­lona dan Towuti, Paratherina labiosa dari danau Wa­wantoa, dan Telmatherina celebensis dari Mahalona (Ecology of Sulawesi: 1987).

Di danau Matano dan Towuti, hidup dan ber­kembang biak ikan Butinni, yang konon hanya terdapat di danau ini dan danau kawasan sumberdaya alam ber­potensi mineral di Afrika Selatan. Riset-riset yang dilakukan pada 2005-2006 menunjukkan temuan-temuan baru, baik dalam hal spesies, subspesies, variasi warna dan ukuran ikan-ikan di danau-danau tersebut. 

Mata air yang memenuhi danau Matano, Towuti, dan Mahalona, terjadi sebagai akibat pergerakan tektonik, lipatan dan patahan litosfir. Di sekeliling danau inilah, Tuhan me­nitipkan ke­kayaan sumberdaya alam berupa nikel. Sekali­gus perbukit­an dan hutan alami pe­gunungan Verbeek yang menghijau di seputar danau me­nambah ke­indahannya. Karena di hutan di pegunungan Verbeek ini, menyimpan ribuan spesies anggrek, rotan, dan berbagai tanaman non kayu. Ter­masuk dengen (del­linea seratt),  kayu tanduk (Alstonia Macrophylla), bunu (Tricosper­mum buretti), kayu angin (Casuarina Euquis­etifolia), Tem­busu (Grafeafra­grans), Jabon (Anthoce­phalus Cadamba). 

Danau-danau ini, ter­utama Matano, ter­bilang salah satu world heritage, warisan dunia yang penting. Di tengah peradaban modern, ketiga danau (Mata­no, Mahalona, Towuti) ini memberi manfaat sebagai sumber energi, pe­nyeimbang harmonitas alam, termasuk sebagai sumber air bagi kehidupan masyarakat, dan per­tanian. Dari ketiga danau ini mengalir sungai Larona, yang menggerakkan pusat listrik tenaga air (PLTA), masing-masing: Larona, Balambano, dan Karebbe. Sungai Larona mengalir men­jadi sungai Malili, yang bermuara di Teluk Bone. PLTA Larona dan Balembano telah lama beroperasi, yang dibangun kemudian adalah PLTA Karebbe.

Akan halnya keunikan danau Mahalona, terletak pada posisinya yang sangat khas, karena letaknya yang lebih rendah dari dasar laut, dengan lipatan yang langka di dunia. Lipatan dan patahan litosfir yang membentuk danau ini, hanya dilampaui oleh lipatan dan patahan litosfir di laut Mati. Kondisi yang terbentuk dari isotermal di danau ini, menyebabkan terjadinya perbedaan suhu antara permukaan dan dasar danau. Karena itu, ke­cerahan danau ini mencapai hingga 23 meter. Kondisi ini tidak ditemu­kan pada danau lain di Asia Tenggara, bahkan di danau Matano dan Towuti. | BERSAMBUNG

Editor : Web Administrator
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 823
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1089
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1342
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1483
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya