Tentang Peran Corporate Communication

Tuhan Saja Perlu Communication Director

| dilihat 2114

Bang Sem

KETIKA verifikasi sumber informasi adalah sesuatu yang langka dan konfirmasi menjadi sesuatu yang cenderung malas dilakukan, dan  jurnalisme mutilasi atau jurnalisme tabrak lari menjadi pilihan, apa sungguh yang harus dilakukan? Jangan lagi bertanya pada Bill Kovach. Karena pandangan Kovach sudah sangat jelas, bahwa kewajiban pertama jurnalisme adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk kebenaran. Terutama, karena jurnalisme mengejar kapasitas kebenaran yang lebih membumi, katimbang kebenaran mutlak atau filosofis.

Karenanya, kaum jurnalis dan media, kudu setransparan mungkin tentang sumber dan metode yang dipergunakannya, sehingga khalayak dapat membuat penilaian mereka sendiri tentang informasi yang disajikan. Baik dalam  konteks, interpretasi, komentar, kritik, analisis dan debat. Kovach sudah lama mengajarkan, jurnalis, tidak tergoda oleh sumber, tidak diintimidasi oleh kekuasaan, atau tidak berkompromi dengan kepentingan. Terutama, karena jurnalis (seharusnya) adalah intelektual yang selalu dipicu oleh rasa ingin tahu tentang kebenaran realitas faktual melampaui egonya sendiri. Di situ, independensi jurnalistik, menurut Kovach dan Rosenstiel, tidak netral, karena memberi ruang subyektif dalam memandang sesuatu.

Dalam situasi demikian, bagaimana divisi komunikasi (termasuk public relation, people relation, media) harus diperankan? Mustinya, diberankan peran yang sangat strategis.

Sejarah peradaban manusia (melalui kitab suci) menjelaskan, bagaimana Allah SWT perlu memilih Musa as, Daud as, Isa as, dan Muhammad saw sebagai utusan untuk menyampaikan pesan Ilahiah tentang kebenaran dan seluruh dimensinya (keadilan, keberadaban, dan kemanusiaan). Lalu mendudukkan pemahaman manusia secara proporsional dan fungsional tentang realitas kehidupan mereka.

Luca Colajanni diberikan wewenang sebagai chief communication officer Ferrari oleh CEO Ferrari - Luca Cordero di Montezemolo | motorsport.com

Coba kaji ulang, bagaimana empat insan pilihan pembawa risalah, itu mengemban fungsi public relations (nida’) dan people relations (syiár) untuk menyebarluaskan esensi ajaran dalam (media) kitab suci yang mereka pegang dengan baik dan benar. Dengan cara ini, manusia diberikan pegangan untuk menghadapi iblis yang memperoleh kebebasan ekspresi untuk mengganggu manusia dan menyeretnya menjadi bagian mereka.

Ilustrasi sederhana ini, sering saya sampaikan kepada sejumlah teman yang sedang memperoleh amanah mengemban amanah sebagai petinggi. Baik sebagai menteri, kepala badan pemerintah non kementerian, gubernur, bupati, walikota, chief executive officer BUMN, bahkan rektor perguruan tinggi.

Ke depan, ketika siapapun kita terus dihadang oleh begitu kuatnya pola pikir presumtif dan keyakinan besar bahwa presumsi adalah kebenaran, peran unit kerja komunikasi secara kelembagaan menjadi sangat penting dan utama. Tidak lagi merupakan partikel atau bagian kecil dari institusi, melainkan bagian strategis institusi itu sendiri.

Lima tahun ke depan, ketika kita harus bersanding dan bertanding dengan negara bangsa lain melalui kompetisi global, baik serantau (Masyarakat Ekonomi Asean) maupun sejagad (Masyarakat Ekonomi Dunia), tak bisa tidak, peran instansi komunikasi menjadi utama. Baik karena instansi komunikasi merupakan satu-satunya instansi yang berdiri di atas grand strategy (termasuk di dalamnya visi dan misi kelembagaan) untuk menjelaskan arah jalan yang akan ditempuh ke masa depan. Juga karena instansi komunikasi memainkan peran sebagai enlighter yang tanpa henti memelihara dan menghidupkan spirit dan energi kemajuan dalam suatu lembaga.

Instansi komunikasi di banyak perusahaan besar berskala dunia, merupakan bagian integral dan utama dari board of director main frame, sebagian lainnya melekat pada chairman dan chief executive officer. Pabrik mobil kuda jingkrak Ferrari, menempatkan communication head pada setiap fungsi untuk menegaskan keunggulannya dalam produk, bisnis, supremasi, dan sosial.

Luca Cordero di Montezemolo, sebagai Chief Executive Officer (CEO) Ferrari, memilih Luca Colajanni untuk men-drive seluruh proses komunikasi, mulai dari menjelaskan kondisi obyektif perusahaan pada saat mengalami guncangan, sampai pencapaian-pencapaian puncak Ferrari F1 di berbagai medan sirkuit.

Luca Colajanni, lebih dikenali wajahnya, katimbang Luca Cordero, karena paling sering tampil di layar televisi. Seolah-olah, Luca Colajanni lah CEO Ferrari, meski CEO sesungguhnya adalah Luca Cordero di Montezemolo. Luca Colajanni menciptakan situasi, Luca Cordero di Montezemolo sebagai The Real CEO, hanya tampil pada event dan moment khas yang akan menambah nilai Ferrari.

Luca & Luca Membuat Nilai Tambah dan Daya Saing Ferrari Meningkat Terus | motorsports.com

Karenanya, ketika Luca Cordero mengizinkan Luca Colajanni pindah ke divisi mobil untuk Eropa dan Timur Tengah, lalu digantikan Renato Bisignani, banyak kalangan (khasnya media) yang kecewa. Banyak yang sedih melihat Luca Colajanni pergi dan dia dielu-elukan sebagai sosok yang memainkan public relations dan people relations dalam satu tarikan nafas.

Dia bisa bersikap sangat hitam putih kala memainkan peran public relations dan berhubungan dengan media, dan sebaliknya, sangat berwarna ketika memainkan peran people relations. Dan seolah-olah ratusan mulut para gadis dan jaka di lingkungan pabrik, museo, dan bahkan store ferrari merupakan perpanjangan mulut Luca Colajanni. Baik dalam menjelaskan positioning ferrari sampai menjelaskan visi dan imagineering pabrik kuda jingkrak itu.

Lelaki kelahiran Palermo, itu sudah berkutat bicara kuda jingkrak sejak 1990-an dan dikesankan, Luca Colajanni ditempatkan di dalam kepala kuda jingkrak, yang selalu menjadi driver force di balik seluruh aksi komunikasi korporat dan komunitas Ferrari.

Luca Cordero tak bisa menahan Colajanni untuk pengembangan karirnya, karena keandalannya mengelola instansi komunikasi Ferrari, memungkinkan kuda jingkrak itu terus mempunyai nilai tambah dan menggerakkan seluruh potensi modal insan Ferrari untuk tidak berhenti bergerak, dalam satu arus besar visioneering. Dan, jelas ke mana arahnya, meski akan selalu ada pergantian pemimpin.

Tuhan saja memilih Communication Director, orang-orang yang mempunyai kefasihan dalam menjelaskan arah dan manajemen tata kelola kehidupan alam semesta. Apalagi sekadar korporasi yang memang harus bergantung hidup dari nilai tambah produktivitasnya. Karena tugas communication director memang tak semata-mata mengurusi citra. |

Editor : Web Administrator | Sumber : foto : motorsports.com
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1157
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 712
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 869
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 820
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya