Pelajaran Mahal Disrupsi KLIA

| dilihat 1508

WALAUPUN sudah berlangsung lebih sepekan lalu, sejak kejadian Rabu (21 Agustus 2019) malam, dan kini sudah berjalan normal kembali, peristiwa kegagalan jaringan pada sistem Kuala Lumpur International Airpot (KLIA), masih jadi gunjingan.

"Sangat memalukan," tukas Maisharah, pengusaha small medium enterprises, yang gagal berangkat ke Serawak.

"Ini pelajaran mahal menyambut hari kemerdekaan Malaysia," ujarnya.

Sampai empat hari pebaikan sistem itu berlangsung, dan selama masa itu situasi crowded. Penumpang, hilir mudik di area bandar udara yang megah itu.

Tak hanya itu, sejumlah pesawat harus parkir di 38 lokasi agak jauh dari garbarata, karena masih ada pesawat di situ yang menunggu pengaturan jadual keberangkatan.

Meski telah mengerahkan 1.000 staf tambahan, menurut Raja Azmi Raja Nazaruddin - Chief Executive Officer (CEO) Malaysia Airport Holding Berhad (MAHB), proses pelayanan di bandara yang terpaksa kembali ke sistem manual, tetap saja bermasalah.

Akhirnya, CEO perusahaan negara yang mengelola seluruh bandar udara se Malaysia, itu bisa bernafas lega, kala berangsur-angsur sistem kembali normal, setelah dilakukan berbagai pergantian alat yang menggerakkan otomatisasi.

Gangguan pada sistem manajemen bandara yang menghentikan seluruh operasi KLIA dan KLIA2 selama beberapa jam, empat hari berturut-turut itu.

Disrupsi atas Total Airport Management System (TAMS) itu disayangkan berbagai kalangan. Tidak hanya karena gangguan sistem itu menghambat kepentingan pengguna jasa bandara. Juga berdampak lain, yakni citra layanan yang bisa menurunkan taraf atau grade bandara itu sendiri. Bagi bandara sekelas KLIA2, gangguan itu mudah memancing isu liar secara politik.

Sejumlah kritik menghambur melalui media sosial dan tertuju pada pemerintahan Pakatan Harapan. Apalagi, Menteri Pengangkutan Anthony Loke dan petinggi di kementeriannya terkesan lamban merespon situasi.

Padahal dampak negatif yang ditimbulkan oleh melambatnya proses layanan di bandara kelas premium, itu sudah meruyak ke mana-mana sesuai dengan rencana dan agenda pengguna jasa bandar udara. Termasuk maskapai penerbangan.

Menteri Loke baru beraksi, setelah Malaysia Airport Holdings Berhad sebagai, mengatasi masalahnya pada 24 Agustus 2019.

Langkah yang ditempuh Loke adalah membentuk komite untuk menyelidiki alasan sebenarnya di balik kesalahan tersebut dan memberikan rekomendasi yang dapat diterapkan untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak akan terjadi lagi di masa depan.

Komite itu terdiri dari Sekretaris Jenderal Kementerian Pengangkutan Datuk Mohd Khairul Adib Abdul Rahman sebagai Ketua, Kepala Eksekutif Komisi Penerbangan Malaysia (Mavcom) Dr Nungsari Ahmad Radhi, Komisaris Mavcom Datuk Seri Long See Wool, Kepala Eksekutif Otoritas Penerbangan Malaysia (CAAM) Ahmad Nizar Zolfakar, anggota CAAM Afzal Abdul Rahim, Kepala eksekutif Badan Keamanan Cyber ??Nasional Md Shah Nuri Md Zain masing-masing sebagai anggota, dan Unit Udara Kementerian Transportasi sebagai sekretariatnya.

Seperti biasa, mencuat dugaan, kegagalan di KLIA dan KLIA2 itu disebabkan oleh "aksi niat jahat" sejumlah pihak. Karenanya, MAHB, menurut Raja Azmi Raja Nazuddin memberikan kesempatan kepada pihak berwenang - termasuk polisi - melakukan pengusutan.  

Namun, menurut Raja Azmi, MAHB tetap fokus pada komitmen untuk menyediakan layanan dengan kualitas terbaik, dan akan terus memantau situasi dan memastikan kelancaran operasi.

Gangguan sistem manajemen bandar udara yang drop di KLIA, itu mempengaruhi fungsi-fungsi utama di bandara, seperti koneksi WiFi, sistem tampilan informasi penerbangan, konter check-in dan sistem penanganan bagasi.

Dugaan sistem manajemen KLIA dan KLIA2 dihack, ditepis Badan Keamanan Cyber ??Nasional (Nacsa), yang mengatakan tidak ada bukti serangan cyber terdeteksi.

Temuan awal oleh MAHB menunjukkan, bahwa gangguan itu disebabkan oleh kegagalan peralatan jaringan.

Apa yang dialami KLIA dan KLIA2, merupakan salah satu masalah tersulit yang dihadapi manajemen bandara, karena berdampak langsung pada industri penerbangan secara keseluruhan.

Tak terkecuali, gangguan itu juga akan menggeser kru penerbangan dari rotasi normal mereka, sehingga memerlukan tindakan kontrol korektif lebih lanjut untuk memulihkan ketertiban jadwal, yang pada gilirannya dapat mengganggu operasi lebih jauh.

Gangguan sistem semacam, ini berdampak pada pendapatan dan biaya yang harus ditanggung maskapai. Namun, ini hampir pasti bukan keseluruhan cerita, karena tidak termasuk biaya kehilangan produktivitas pengguna jasa, merepotkan pelancong, dan unsur lainnya. Kendati cenderung tidak mengurangi bisnis untuk industri pendukung seperti hotel, layanan bisnis, dan pariwisata.

Belum diketahui, berapa nilai total --  termasuk nilai dari semua produktivitas yang hilang dan waktu henti -- dalam ekuivalen dollar AS.

Metode pengembangan teknonologi informasi yang diterapkan dan kemudian membangun sistem yang memenuhinya, dapat diandaikan belum akan berhasil penuh selama sebulan. Terutama, karena spesifikasinya akan terus berkembang ketika kemampuan baru dikembangkan.

Meskipun peristiwa yang dialami KLIA dan KLIA2 jelas merupakan masalah buruk bagi maskapai penerbangan dan pengguna jasa penerbangan, gangguan ini semestinya mendorong penyegaran minda dalam mengatasi masalah.

Pertumbuhan lalu lintas udara global telah membuat operasi manajemen platform bandara sangat kompleks. Juga melibatkan banyak aktor (otoritas bandara, maskapai penerbangan, pengatur lalu lintas udara, penyedia layanan, ...) yang terkadang membuatnya sulit untuk mengelola arus.

Solusi yang bisa disarankan adalah konsep Airport Collaborative Decision Making (CDM), yang dikembangkan selama dekade terakhir.

Konsep ini didasarkan pada pembagian informasi operasional real time (waktu nyata) antara berbagai pelaku di platform, membuat keputusan bersama untuk menemukan penggunaan terbaik platform, dalam semua kondisi, dan kapasitas bandara.

Sejauh ini, pendekatan CDM untuk penanganan darat bandara belum membahas manajemen yang memainkan peran penting dalam kelancaran pergerakan pesawat dan arus penumpang. Termasuk integer linear programming dengan visi desentralisasi. Untuk memudahkan mengambil keputusan yang memberi solusi.

Meski sudah lancar kembali sistem manajemen operasional KLIA dan KLIA2, tetap saja menimbulkan was-was.. Peristiwa disrupsi sistem manajemen operasi di bandara kebanggaan Malaysia ini, ujian yang harus dihadapi.|  karim labai / noora

Editor : Web Administrator
 
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 242
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 421
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 316
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 271
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 166
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 337
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 364
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 333
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya