AKARPADINEWS.COM | Musim hujan seringkali dimaknai masyarakat sebagai berkah sekaligus bencana. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah kekeringan tentu sebagai berkah, terutama bagi petani yang mengharapkan hujan untuk membasahi sawah dan ladangnya.
Sayangnya, kebanyakan masyarakat di Jakarta menganggap hujan sebagai fenomena alam yang mengkhawatirkan terutama banjir sebagai langganan kota Jakarta dan berbagai penyakit seperti demam berdarah, typus, diare dan berbagai penyakit lainnya.
Di sisi lain, menariknya hujan justru melahirkan lapangan kerja dan jasa yang hanya terjadi di saat musim hujan tiba. Ojek payung adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh orang dewasa dan kebanyakan anak-anak dengan memberikan jasa dengan modal peminjaman payung, biasanya mereka ikut serta mendampingi pelanggan yang khawatir pakaiannya basah, sedangkan mereka membiarkan tubuhnya diterpa hujan.
Farhan, salah satu anak yang seringkali menawarkan jasa ojek payung di daerah Jakarta Pusat dengan alasan untuk jajan. Bayaran yang diberikan pemakai pun beragam, ojek payung tidak pernah mematok harga, biasanya antara Rp 2.000 hingga Rp 10.000. Anehnya anak-anak yang bekerja sebagai ojek payung jarang sekali sakit, kebanyakan orang-orang percaya disebabkan karena selain tubuhnya yang selalu bergerak juga sudah biasa beradaptasi dengan dingin.
Jasa ojek perahu turut serta mewarnai pekerjaan unik di musim hujan, terutama di kawasan banjir seperti di Jakarta Timur, Utara dan Barat. Kebanyakan pelangganya adalah para pekerja dan anak sekolah. Selain menggunakan hujan sebagai aji mumpung, ojek perahu ini juga bertujuan untuk membantu warga dan dibayar dengan suka rela. Bagi mereka yang terpenting adalah mengantarkan warga mencapai daerah yang tidak terkena banjir agar beraktivitas seperti biasa.
Pawang hujan adalah profesi yang laris manis di musim hujan. Masyarakat Betawi bahkan mengenal pawang hujan dnegan sebutan Dukun Rangkeng. Semua pawang hujan melakukan ritual bukan untuk menghentikan atau menolak hujan, namun dipercaya dapat mengalihkan hujan ke tempat lain untuk sementara ketika ada hajatan dan berbagai acara lain di luar ruangan.
Di masa modern yang mengusung logika dan rasionalitas, kepercayaan masyarakat Jakarta bahkan masyarakat Indonesia terhadap pawang hujan masih selalu terjaga karena secara antropologis merupakan bagian dari nilai local beliefs dan kepercayaan pada kekuatan spiritualitas. Tahapan pawang hujan biasanya diawali dengan survei tempat, lalu ijab qabul antara pemilik hajat dan pawang hujan, terakhir adalah ritual dan doa memohon pada Tuhan untuk memindahkan hujan ke tempat lain. Kebanyakan pawang hujan sudah memberi tarif kepada pelanggannya dengan harga beragam dan tergantung lamanya waktu pelaksanaan acara.
Menariknya, strategi pawang hujan untuk mempromosikan jasanya tidak hanya lewat jaringan antar pelanggan, tetapi sudah mulai masuk ke ranah internet dan media sosial.Teknologi turut terlibat dalam usaha pawang hujan dan kita bisa menemukan berbagai link dan jasa pawang hujan di internet untuk strategi dan mempertahankan eksistensinya. Hanya perlu kita hati-hati agar tidak terjebak dengan pawang hujan palsu dan melakukan bisnis penipuan.
Akhirnya, musim hujan yang selalu dipandang secara negatif, sebenarnya selalu memberi rezeki bila merujuk pada berbagai pekerjaan yang bermunculan seperti jamur di musim hujan memberikan lapangan kerja baru dan menjadi bagian dari dinamika sosial masyarakat kota Jakarta dan mungkin di kota lainnya. |Ratu Selvi Agnesia