- Tak ada dana cash, tak ada avtuur

Menanti Takdir Merpati

| dilihat 2049

JAKARTA, AKARPADINEWS. INI sungguh kabar samar: buruk tidak, elok apa lagi. Maskapai penerbangan milik negara, Merpati (PT Merpati Nusantara Airlines) tak lagi bisa terbang tinggi. Seluruh penerbangannya dari Surabaya, beberapa hari lalu sudah dihentikan. Di beberapa kota lain, tak bisa terbang sama sekali, lantaran tak sanggup beli tunasi avtur Pertamina.

Meski tak menyetop pengisian avtur karena tak bayar-bayar hutang kepada Pertamina, tapi Pertamina tak menyetop penyediaan avtuur untuk Merpati. Tak hanya itu. Ribuan karyawan dan karyawati, sudah mengancam akan mogok, bila gaji mereka yang sudah tertahan tiga bulan, tak dibayar-bayar.

Menteri Negara BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Dahlan Iskan (Rabu: 29/1) menegaskan, rencana dia memberhentikan Direksi Merpati, urung. Pihaknya masih memberi kesempatan Direksi membenahi maskapai yang banyak menangani rute penerbangan pendek ke daerah-daerah terpencil.

Merpati juga sudah siap melepas sejumlah anak usahanya, seperti Merpati Maintenance di Surabaya dan yang lainnya. Penjualan anak perusahaan itu, menurut Dahlan Iskan, merupakan satu-satunya cara yang dapat ditempuh untuk memulihkan kesehatan keuangan PT Merpati Nusantara Airlines.

Menteri juga mengemukakan, berbagai cara telah dilakukan untuk dapat membangkitkan perusahaan maskapai penerbangan perintis tersebut. Namun, upaya-upaya itu terus mengalami kegagalan. Oleh sebab itu, katanya, pemerintah menempuh cara penyelamatan akhir, menyerahkan anak usahanya kepada investor.

Pemerintah, bahkan ikut mencarikan partner. Termasuk, memasukkan kembali Merpati ke tangan PPA, perusahaan milik negara yang mengurusi pengelolaan aset eks Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang tidak berperkara hukum. Tapi, untuk merawat merpati di emergency care unit itu, kudu beroleh izin dari Menteri Keuangan. PPA memang bertugas merestrukturisasi atau merevitalisasi perusahaan BUMN. Jadi, Merpati harus menunggu proses itu.

Akibat kondisinya yang semacam itu, di sejumlah daerah, terutama yang terhubung dengan pulau-pulau terluar, Merpati sering menghadapi kendala. Penumpang sudah pasti ada, tapi tak bisa terbang, gara-gara tak ada dana cash untuk beli avtur. Jalur penerbangan yang selama ini mengandalkan layanan Merpati, seperti ke dan dari Bandara El Tari - Kupang, sudah sepekan ini disetop. Tak terkecuali penerbangan Kupang - Mali di Pulau Alor, Bajawa (Ende), Maumere, Waingapu, dan Tambolaka. Padahal di rute penerbangan ini, pesawat MA60 selalu penuh. Dari Mali - Alor ke Kupang, umpamanya, setiap penumpang membayar harga di atas rata-rata jalur penerbangan yang banyak dinikmati penumpang di Jawa dan Sumatera. Tiket penumpang seharga Rp600 ribu untuk penerbangan jarak pendek.

Sampai kapan Merpati akan terus begini? Haruskah Merpati yang pernah berjaya itu menanti takdir buruknya? | noora

 

Editor : Web Administrator | Sumber : Kementerian BUMN
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 204
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 378
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 224
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 219
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 432
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 431
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 401
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya