[ Memaknai Sukses ]

IIIIIIHHHHHHHHHHHHHHHH.......

| dilihat 1401

Bang Sem

RAHMAN, sebut saja begitu nama lelaki, itu. Usianya belum genap separuh abad. Direktur di salah satu BUMN, itu bersandar di sofa kamar hotelnya. Ia sedang menikmati cuti bersama keluarga. Inilah kesempatan baginya dapat becengkerama dengan isteri dan anak-anaknya.

Tak dinyana, anak sulungnya, Deeja datang menghampiri. Sambil menyandarkan kepala di bahu ayahnya, gadis jelita, mahasiswi di salah satu universitas, itu bertanya tentang sesuatu yang tak pernah dibayangkannya.

“Apa yang ayah peroleh dari kesuksesan?”

Sesaat Rahman menarik nafas.

“Opsi-opsi kehidupan dalam mengelola seluruh imbas kesuksesan,” jawabnya.

Deeja beringsut dan bersandar di sofa, persis di sebelah ayahnya.

“Opsi?”

“Ya.. Opsi. Bukankah di benakmu terlintas fikiran, bahwa kesuksesan memberikan kekuasaan, hak istimewa, kemasyhuran, dan kekayaan?”

Deeja memandang wajah ayahnya.

“Banyak manusia lupa, yang diberikan oleh kesuksesan bukan hanya itu. Kesuksesan menghadapkan juga berbagai opsi kepada kita, untuk menyatakan karakter asli sebagai manusia,” tukas Rahman.

Rahman yang rajin mendalami pemikiran John C. Maxwell, itu menyatakan, “Orang-orang sukses dapat menggunakan kekuasaannya untuk membentuk reputasi baik atau reputasi buruk.” Mereka, juga dapat mengelola kekayaannya sebagai manifestasi reputasi baik atau buruk.

Mereka yang memanifestasikan reputasi baiknya akan cepat tersadar untuk menyadari, bagaimana kekayaannya tak hanya bermanfaat bagi diri dan keluarganya. Tapi juga bermanfaat bagi orang banyak. Mulai dari memenuhi kepatuhan sebagai wajib pajak sampai bagaimana mendistribusikan hak orang banyak, terutama hak fakir miskin dan anak yatim, yang dititipkan Tuhan melalui kekayaan itu.

Mereka yang bereputasi buruk hanya akan memberi manfaat kekayaannya hanya untuk diri dan keluarganya secara egois. Kemudian lupa, bahwa ketika hak orang banyak yang melekat pada kekayaan itu tak terdistribusikan.

“Koq?”

“Ya.. Tuhan memberikan peluang sukses kepada semua manusia yang diciptakan-Nya, dan karena sifat pemeliharaan-Nya yang konsisten, Tuhan memberikan kekuasaan, kekayaan, dan hak istimewa yang melekat pada kesuksesan itu. Tapi, tidak semua orang mampu meraih sukses, itu. Bahkan hidup dalam keadaan miskin papa. Nah, di dalam kekayaan orang sukses itulah, Tuhan menitipkan hak mereka yang miskin papa.”

“Bagaimana bila orang-orang sukses, itu lupa atau abai mendistribusikan hak kaum miskin papa?”

“Tuhan mempunyai cara-Nya sendiri untuk mengambil hak orang miskin papa, itu dari orang-orang sukses itu..”

“Apa misalnya?”

“Ketamakan dan kebahilan yang membuat mereka, bahkan abai pada dirinya sendiri. Lalu berdatangan aneka penyakit dan musibah yang langsung atau tak langsung mengurangi bilangan kekayaan, itu. Termasuk beragam masalah yang mendera dan menjatuhkan reputasi mereka.”

“Iiiiiiihhhhh...., ngeri ya yah?”

Rahman tersenyum menyaksikan Deeja bergidik. “Karena itulah, nak.. Mereka yang berhasil mencapai puncak sukses dan menerima beragam imbalan dari Tuhan, tak boleh lengah meski hanya sekejap.”

“Caranya?”

“Banyak cara bisa dilakukan. Salah satunya, menggunakan kekuasaan yang melekat pada dirinya sebagai pemimpin, mengambil keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi orang banyak.”

“Kongkretnya?”

“Siapa saja yang diberikan peluang memimpin BUMN, seperti ayah, misalnya.., harus mengambil keputusan – keputusan dan aksi korporasi, sehingga kinerja perusahaan terus berkembang dan mendatangkan untung. Besaran keuntungan itu memungkinkan perusahaan berkontribusi bagi kemaslahatan orang banyak, melalui peningkatan deviden kepada negara. Paling tidak, keuntungan itu berdampak baik terhadap  kesejahteraan karyawan dan lingkungan sosialnya. ”

“Jadi, menurut ayah, kesuksesan harus disertai dengan kemampuan mengelola opsi-opsi yang mendatangkan reputasi baik dan reputasi buruk?”

“Begitulah !”

Deeja menyimak takzim, ketika Rahman mengemukakan, selain itu semua, masih ada tanggung jawab reputatif yang melekat pada diri orang-orang sukses. Yaitu sikap paedagogik untuk menularkan cara mencapai sukses. Hal itu hanya mungkin diwujudkan, ketika orang-orang sukses yang menyandang fungsi kepemimpinan, memberi ruang bagi orang muda untuk lebih sukses daripada dirinya, memberikan simpati kepada para pekerja keras di lingkungannya. Juga, mewujudkan empati kepada orang-orang tua sebagai ekspresi kasih sayang tulus. Tentu, mewujudkan pula empati kepada mereka yang lemah.

Deeja mencium pipi Rahman, sambil memeluk hangat ayahnya yang hensem (keren) itu... |

 

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 278
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 140
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya