Aksi Nekad Penumpang Gelap

| dilihat 2644

AKARPADINEWS.COM | Aksi nekat Mario Steven Ambarita mengejutkan publik dan dunia penerbangan Indonesia. Dia layaknya superhero atau mata-mata di film-film laga. Pemuda berusia 21 tahun ini menyusup di rongga roda pesawat Garuda GA 177. Dengan berpegangan pada kabel di roda pesawat, Mario menumpangi pesawat  dengan cara-cara berbahaya dari Bandara Internasional Sutan Kharim II Pekanbaru menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng pada Selasa (8/4/).

Aksi Mario itu tidak hanya membahayakan dirinya. Namun juga mengancam keselamatan seluruh penumpang. Bayangkan jika ulahnya itu menyebabkan roda pesawat tidak berfungsi saat akan mendarat. Bisa-bisa, pesawat mendarat tanpa roda sehingga rawan petaka.

Ketika pesawat mendarat, Mario dalam kondisi lemas. Kulit tangan dan lengannya membiru akibat kekurangan oksigen. Telinganya mengeluarkan darah karena tekanan udara yang tinggi. Belum lagi dengan posisinya di belakang pesawat, dia harus mendengarkan bisingnya suara pesawat yang berkecepatan hingga 240 knot hingga 300 knot (1knot = 1,8 km/jam). Dengan kondisi tersebut, Mario segera dilarikan ke Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno Hatta dan harus menjalani perawatan intensif.

Ketika mulai pulih, Mario menjelaskan, bila aksi nekatnya hanya sekadar ingin melihat Jakarta sebagai kota kelahirannya. Mario yang dibesarkan di Pekanbaru, Riau, tidak mampu membendung keinginannya melihat Jakarta. Karena tidak punya uang, Mario memilih menjadi penumpang gelap. Mimpinya tercapai dan menggemparkan publik. Lewat akun facebook-nya yang diunggah Rabu (8/4) sekitar pukul 13.00, ketika menjalani perawatan. "Mamak aku sekarang dah (sudah) ada di Jakarta. Terkenal aku sekarang ma," tulis Mario.

Dalam dunia transportasi, Mario disebut penumpang gelap (stowaway). Dia secara sembunyi-sembunyi menaiki pesawat, tanpa membayar (ilegal) dan tidak terdeteksi. Insiden stowaway tentu membahayakan diri pelaku dan penumpang pesawat. Berdasarkan data Federal Aviation Administration (FAA) adalah otoritas penerbangan nasional Amerika Serikat seperti dilansir BBC, sejak tahun 1947-2014, 96 penumpang gelap mencoba menyusup di 85 pesawat melalui ruang roda. Beberapa di antaranya di bawah usia 17 tahun. Dan, sebanyak 73 penumpang gelap itu tewas.

Roland Herwig, juru bicara FAA menjelaskan, bila 80 persen kasus stowaway berujung kematian karena  ruang, di mana roda pesawat berada, tidak dirancang untuk didiami manusia. Di ruang sempit itu, tidak dilengkapi sistem pemanas suhu, tekanan udara, dan kadar oksigen yang cukup. Akibatnya, seseorang akan terserang penurunan suhu tubuh dengan ekstrim (hypothermia) dan kekurangan oksigen (hypoxia). Kemungkinan terburuk adalah pelaku bisa terlempar lepas landas ke luar pesawat dan tewas seketika.  Pertanyaannya, apa motif dari para penumpang gelap ini melakukan aksi nekad, tanpa memperdulikan nyawanya maupun penumpang pesawat lainnya? Insiden stowaway umumnya banyak ditemukan di negara-negara miskin atau berkembang.

Dalam kajian mobilitas dan migrasi, para penumpang gelap biasanya adalah para pengungsi yang berusaha melarikan diri dari peperangan akibat kerusuhan sipil, politik, dan agama. Mereka juga nekat menjadi penumpang gelap karena motif ekonomi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di tempat lain yang letaknya jauh dari asalnya. Ada juga penumpang gelap yang motifnya kriminal seperti menyelundupkan narkoba dan melakukan perjalanan ilegal dengan cara berkelompok untuk membajak pesawat atau mencari keuntungan dengan uang tebusan.

Aksi stowaway yang dilakukan Mario untuk melihat kota kelahirannya didasari tanpa persiapan matang. Serupa dengan yang dilakukan Tarsono, lelaki paruh baya dari Jawa Tengah pada 18 Februari 1981 yang berangkat dari Semarang menuju Jakarta dengan pesawat Mandala.

Tarsono menghabiskan perjalanan dengan menekuk tubuh di roda pesawat. Ketika ditemukan petugas Apron Movement Control Bandara Kemayoran, kedua kaki Tarsono hitam legam. Aksi nekat Tarsono itu didasari keinginan mengadu nasib di Jakarta. Namun, dia tidak punya uang. Tarsono kesehariannya bekerja sebagai petani, pencari kayu, dan pernah menjadi gelandangan.

Berbeda dengan aksi terencana dua remaja, Manto Manurung dan Siswandi Nurdin Simatupang pada 23 September 1997 yang ditemukan di ruang roda pesawat Garuda Airbus A300-B4 yang berangkat dari Bandara Polonia, Medan ke Bandara Soekarno-Hatta. Keduanya menyelinap dari parit yang tidak jauh dari landasan pacu dan masuk lewat roda pesawat. Mereka bahkan sempat bersembunyi kurang lebih 4,5 jam sebelum pesawat lepas landas. Motif aksi nekat pelajar asal Deliserdang ini didasari karena sering bolos sekolah dan takut dikeluarkan.

Aksi nekat yang mengancam nyawa pelaku dan keselamatan penerbangan itu tentu juga tidak terlepas dari kurang awasnya petugas pengaman Bandara Sultan Syarif Hasin II, Pekanbaru, Riau. Karenanya, Direktur Utama Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi akan mencopot jabatan General Manager dan petugas keamanan bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Mereka dianggap lalai dalam melakukan pengamanan bandara yang menjamin keselamatan dan kenyamanan penerbangan.

 Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 921
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1153
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1412
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1559
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 428
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 998
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 235
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 711
Momentum Cinta
Selanjutnya