Political Sunrose

| dilihat 1656

KONVENSI untuk memilih Calon Presiden yang `igelar Partai Demokrat (PD) sudah digelar dan mulai bergulir. 11 kandidat sudah diundang dan dipersilakan berjuang mengambil simpati rakyat.

Ada yang menarik dan luput dari perhatian banyak orang, bahwa sejak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) elektabilitas PD terus meningkat. Dari 8 persen ketika terjadi ‘gonjang ganjing,’ di bawah kepemimpinan Anas Urbaningrum, kini bergerak menjadi 12 persen.

Setahun lalu, dalam beberapa kali kesempatan bertemu dan berbincang dengan SBY, beliau sudah menyampaikan gagasan tentang konvensi ini. Penyelenggaraan Konvensi Capres PD beranjak dari gagasan luhur dalam konteks bangsa. Tidak semata-mata dalam konteks PD.

Saya masih ingat, ketika SBY mengatakan, “Kita harus memberi kesempatan kepada siapa saja pemimpin dan kader potensial bangsa ini tampil ke depan, menjadi bagian dari proses suksesi kepemimpinan nasional.”

Kala itu, SBY berfikir, perlunya ‘panggung’ bagi setiap tokoh pontesial, putera-puteri terbaik bangsa untuk lebih karib dengan rakyat. Panggung yang memungkinkan rakyat dan para calon pemimpinnya berinteraksi secara adil  dan egaliter.

Dalam konteks Konvensi Capres PD, Pak SBY melihat jauh ke masa depan. Yaitu, bagaimana PD secara berkelanjutan memberikan kontribusi konkret kepada bangsa ini. Dalam konteks pendidikan politik, Konvensi Capres PD memberikan pelajaran berharga kepada setiap partisipan untuk memahami proses berdemokrasi.

Bagi PD sendiri, seluruh rangkaian proses konvensi pelajaran penting yang harus dipahami adalah bagaimana mengelola proses demokrasi menurut kaidah-kaidah yang benar, berbasis ekuitas dan ekualitas. Termasuk, bagaimana mengelola transformasi secara proporsional, fungsional, dan profesional. Pengalaman konvensi, akan bermanfaat untuk memilih tokoh yang memimpin PD di kemudian hari.

Usai mengumumkan berlangsungnya Konvesi Capres PD di Hotel Brawijaya beberapa waktu lalu, kepada saya dan Asro Kamal Rokan, Pak SBY mengemukakan: konvensi ini tidak mengenal ‘anak emas,’ sesuai dengan tujuan: tersedianya kandidat pemimpin yang kapabel, akseptabel, dan berjiwa negarawan.

Dalam konteks itu, seluruh peserta konvensi mesti pandai menyimak dan membaca isyarat dari dinamika politik yang berlangsung di internal PD dan di kalangan masyarakat luas. Mengkaji dan mendalami fenomena politik yang berkembang, untuk memformulasi dan mengedepankan paradigma logis (berdasarkan intuitive reason) transformasi demokrasi yang akan bergerak jauh ke masa depan.

Kemauan dan kemampuan menyimak dan membaca isyarat politik sedemikian itu, akan memungkinkan semua peserta mampu merumuskan focal concern perjuangan memajukan bangsa. Sekaligus mampu menghitung dengan cermat kekuatan pendorong yang disediakan bangsa ini dan PD sebagai leadership investment alias investasi kepemimpinan. Jadi, tidak semata-mata untuk tujuan dan kepentingan Pemilihan Umum 2014, seperti disangka banyak orang. Apalagi sekadar menentukan calon tunggal partai.

Dikatakan semacam itu, karena Konvensi Capres PD tidak hanya melibatkan infrastruktur dan suprastruktur partai, melainkan rakyat sebagai konstituen sesungguhnya. Bagi seluruh pemimpin, pengurus, dan kader PD, hal penting yang harus dipahami adalah: keberhasilan Konvensi Capres PD langsung dan tak langsung akan memengaruhi tingkat elektabilitas PD. Terutama, sebagai partai transformator demokrasi.

Political Sunrose

BILA kita mencermati lebih mendalam, Konvensi Capres PD mengadung berbagai nilai substantif. Mulai dari reorientasi manajemen kepemimpinan (leadership management system) yang diterapkan SBY di PD sebagai creative kick off dalam menggerakkan transformasi demokrasi politik internal. Lalu, rethinking proses kaderisasi partai. Akhirnya, kelak, menjadi political breakthrough innovation. Inovasi terobosan politik sangat strategis, sesudah PD digerogoti oleh rayap-rayap politik.

Saya menyebut Konvensi Capres PD sebagai bentuk konkret political sunrose SBY. Meski bukan merupakan jawaban atas sejumlah kalangan yang memandang PD dan SBY sedang bergerak ke arah political sunset, tapi sebagai aksi politik, Konvensi Capres PD menegaskan realitas demikian.

Dari 11 kandidat yang berkompetisi di dalam Konvensi Capres PD, sejumlah nama sejak lama sudah digadang-gadang sebagai Capres alternatif. Capres yang bisa bersanding dan bertanding dengan nama lain yang namanya muncul dalam polling public terbuka.

Artinya, sejumlah nama peserta Konvensi PD selain marketable juga peopleable sesuai dengan perubahan orientasi memilih konstituen. Soalnya tinggal, bagaimana setiap peserta Konvensi PD mempunyai visi genuin yang sungguh visi dan bukan fantacy trap.

Artinya, ia mempunyai jangkauan pencapaian (range of achievement) sesuai time line, untuk menentukan posisi bangsa di tengah konstelasi era peradaban yang tengah bergerak ke era konseptual. Era yang menuntut kreativitas dan inovasi, karena berhadapan dengan nilai – nilai global yang bergerak dinamis.

Persoalan tidak akan seberat dengan yang dihadapi oleh SBY sebagai Presiden Republik Indonesia kini, bila MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) kembali melakukan amandemen konstitusi. Sebaliknya, persoalan akan makin berat, ketika wilayah kewenangan Presiden sangat terbatas (karena terpreteli melalui empat kali amandemen konstitusi).

Berpijak dari strategi dan pencapaian pembangunan pro rakyat Presiden SBY, secara spesifik para partisipan Konvensi PD sekaligus harus mampu menjawab persoalan laten di masa depan. Yaitu: transformasi demokrasi berkeadaban Indonesia, kemandirian bangsa, daya saing bagsa, peradaban unggul, dan ketahanan nasional (terutama: pangan, energi, dan wilayah).

Di sisi lain, sesuai dengan prinsip political sunrose, yang menjadi pekerjaan rumah sangat menantang adalah integralitas sistem relasi korelasi sosial masyarakat Indonesia. Paling tidak kemampuan membentuk sistem, yang menyandingkan secara harmonis kemauan dan kemampuan mengendalikan patronase modernism dan tradisionalis value dalam satu tarikan nafas. |

Editor : Nur Baety Rofiq
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1096
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Polhukam
05 Mar 24, 04:23 WIB | Dilihat : 246
Tak Perlu Risau dengan Penggunaan Hak Angket DPR
05 Mar 24, 08:18 WIB | Dilihat : 425
Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif
22 Feb 24, 11:50 WIB | Dilihat : 318
Jalan Terjal Perubahan
18 Feb 24, 05:52 WIB | Dilihat : 274
Melayari Dinamika Kebangsaan dan Demokrasi
Selanjutnya