Para Pembual

| dilihat 2756

ANJURAN paling kerap yang akan diterima rakyat bulan-bulan ini adalah : Mari tingkatkan partisipasi pada Pemilu 2014; Pergunakan hak pilih dengan baik: Jangan Golput, dan sejenisnya. Setiap lima tahun dan setiap kali berlangsung pemilihan umum Kepala Daerah, imbauan semacam ini yang selalu diterima rakyat.

Ironisnya, partai politik tak pernah memberi keyakinan kepada rakyat, bahwa partisipasi itu amat perlu, hak pilih harus dipergunakan, dan golput itu  mengabaikan hak. Paling tidak, sepanjang empat tahun partai politik mengikuti irama para petingginya: sibuk memburu kuasa dan jabatan, dan mencari ketiak ular persoalan yang mereka ciptakan sendiri.

Kewajiban-kewajiban petinggi partai dan partai politik, terutama melakukan kaderisasi dan menggerakkan proses pendidikan politik bagi rakyat, mereka abaikan. Buktinya? Coba teliti dengan seksama daftar calon anggota legislatif dan sejumlah nama yang dijagokan sebagai bakal kandidat Presiden 2014-2019. Lebih dari 70 persen para caleg adalah muka-muka lama, yang selama lima tahun lalu, tak melaksanakan kewajibannya secara penuh. Bahkan hari-hari mendekati kampanye Pemilu 2014, mereka sibuk mengurusi daerah pemilihan untuk menjerat rakyat dalam bualan dan fantacy trap mereka.  

Bila di hari-hari kemarin terjadi proses pembebalan terhadap rakyat (dan tak pernah berhasil karena rakyat kian cerdas), kini mereka memasuki tahap pembualan rakyat.  Simaklah baik-baik janji politik mereka sembari menabur simpati lewat beragam aksi, antara lain profitisasi derita rakyat di pengungsian korban bencana alam.  Ada juga yang berbual-bual melalui ikaln televisi, advertorial, dan iklan radio.

Ironisnya, di antara nama-nama yang bertarung mencari untung kekuasaan sebagai bakal kandidat Presiden, nampak para pembual yang lebih canggih ‘ngapusi.’ Antara lain dengan menjual sikap demokratis, padahal pada kehidupan nyata dalam lingkungan sosial yang paling kecil, sungguh sangat tidak demokratis. Lantas berbual-bual menjual ‘prestasi seolah-olah,’ padahal pada kenyataannya yang diproduksi ketika mengemban amanah memangku jabatan publik, tak lebih dari ‘berprestasi menciptakan masalah.’ Satu dua, ada juga yang pandai ‘ngapusi Presiden.’ Diperintah ke kanan, malah ke kiri.

Celakanya, tak cukup hanya dengan begitu. Lewat tim sukses yang pandai ‘umbang mengumbang’ membuat hati senang dengan memperlihatkan tren popularitas dan elektabilitas, mengubah dirinya menjadi bakal calon Presiden yang ‘gede rumongso’ : merasa pandai, tak pandai merasa. Begitu dikiritik, kontak bereaksi secara emosional, lantas sibuk mencari alasan. Bukan menemukan cara untuk memahami kritik dan menjelaskan esensi substansi persoalan yang dikritik.

Ada lagi yang berbual-bual dengan kebanggaan masa lalu, padahal sudah terbukti, rakyat tak menghendakinya ketika mereka ikut kontestasi pemilihan umum yang lampau. Bisakah diubah? Tentu sangat bisa. Partai-partai politik dan para petingginya masih punya kesempatan lebih dari empat pekan untuk mengumpulkan para caleg dan para bakal calon Presiden-nya. Instruksikan dan minta agar mereka segera berbenah dan bersumpah pada dirinya sendiri. Lantas bicaralah dengan lantang kepada rakyat. Misalnya begini: “Jangan pilih partai kami dan caleg kami, bila ada di antara mereka para pembual.”

Boleh juga para petinggi partai politik berseru kepada rakyat, agar rakyat memilih hanya para caleg yang sungguh tidak melakukan money politic, dan para caleg yang menyiksa pepohonan dengan paku untuk mempertontonkan tampang mereka. Anjurkan juga kepada rakyat untuk tidak memilih para calegnya yang tidak tertib dan tidak memenuhi ketentuan dan peraturan kampanye.

Selebihnya, silakan pula menganjurkan rakyat untuk menilai secara kritis para bakal calon Presiden-nya dan beritahukan kepada rakyat kebebasan mereka memilih dan keterjaminan, bahwa hak pilih rakyat sungguh akan bermanfaat bagi pembenahan bangsa dan negara ini.

Partai dan petingginya bertanggungjawab dan berkewajiban melakukan pendidikan politik rakyat, meski hal itu boleh jadi akan seperti ‘menepuk air di dulang memercik ke muka mertua.’ Dengan begitu partai akan terbebas dari para pembual dan kelak ketika dipilih rakyat sungguh akan bekerja untuk rakyat ! |

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 706
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 865
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 817
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 215
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 423
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 425
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 396
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya