Ker Tanoker

| dilihat 1148

Bang Sém

Pukul 08:00 pagi. Atok Sengon, Tete Misai, dan Ete Dapolo bergegas meninggalkan hutan tutupan. Matahari beranjak perlahan, berkas sinarnya bagai kaki cahaya, menyelusup di sela daun tegakan pohon hutan hujan tropis itu.

Bau tanah basah oleh embun dan daun pinus mengkaribkan ketiganya dengan alam.

"Kita sarapan dulu di mulut hutan ini," seru Ete Dapolo.

"Kita santap Nyu Nyang di kedai Bu Keke. Di situ boleh juga kita santap Ikan Bubara bakar," seru Tete Misai.

"Ngopi dengan Ubi Bete Goreng barangkali lagi sempurna," sambar Tok Sengon.

"Ah.. Pecal saja..," seru Ete Dapolo.

"Kita lihat saja nanti. Mana yang cocok, itu yang kita pilih..," seru Tete Misai.

"Bagus.. macam ketika Pemilu tempo hari, kita tengok partainya, kita lihat calegnya, kemudian kita pilih yang paling sesuai dengan selera..," tingkah Tok Sengon.

"Wah ini yang merusak, rupanya. Memilih caleg dan partai bergantung selera, bukan aspirasi," cletuk Ete Dapolo.

Tete Misai tersenyum. Ketiganya terus bergegas, keluar hutan tutupan, dan tiba di kedai Bu Keke.

Setelah tengak-tengok pangan yang tersedia, akhirnya Kopi dan ubi bete goreng yang mereka pilih.

"Saya teh manis hangat saja," pinta Ete Dapolo.

"Berapa orang cucu kita yang dilantik di DPRD kemarin?" tanya Tete Misai

"Tiga. Satu di Provinsi, satu di Kabupaten dan satu di Kota," jawab Ete Dapolo.

Belum lagi Ubi Bete dihidangkan. Lamat-lamat terdengar suara senandung anak Madura.

Kertanoker, dimma bara’ dimma temor / Ker-soker, sapa nyapa kaadha’ lanjang omor // Ker-tanoker jambuna massa’ saseba’ / Ker-tanoker lagguna nyapa kaadha’ // Ker-tanoker jambuna massa’ sapennay / Ker-tanoker lagguna nyapa e songay // Ker-tanoker jambuna massa’ sacorong / Ker-tanoker lagguna nyapa e lorong // Ker-tanoker jambuna massa’ pagar / Ker-tanoker lagguna nyapa e langgar

Ketiganya menoleh. Ternyata Cak Benu yang bersenandung, yang baru dilantik kemarin di DPRD Provinsi.

"Wah, senang nampaknya, pak Dewan," sapa Tete Misai. Cak Benu tersipu.

"Senang melihatmu dah jadi anggota parlemen di Provinsi," sambung Atok Sengon. Cak Benu mengangguk.

"Silakan duduk, yang terhormat," seru Ete Dapolo sambil beringsut, mempersilakan Cak Benu duduk di sebelahnya. Anak muda yang nampak saleh dan santun itu, kian tersipu.

"Silakan pak Dewan pesan apa.. Kami pesan kopi dan teh panas, dengan ubi bete goreng," ujar Tete Misai.

"Sebagai wakil rakyat, saya ikut aspirasi Tete, Ete dan Atok saja," balas Cak Benu.

Tete tersenyum, Atok tertawa, Ete menepuk bahu Cak Benu.

Bu Keke menghidangkan pesanan ketiganya. Ete menengok ke Cak Benu.

"Bagus.. bagus.. sebagai wakil, Cak Benu sudah bersikap tepat," kata Ete Dapolo.

"Sikapmu sudah benar. Lanjutkan..," tingkah Atok Sengon.

"Cak Benu paham maksud Ete dan Atok kan?"

Cak Benu menggeleng. Tete Misai tersenyum.

"Tadi, Ete dan Atok mengingatkan. Sebagai wakil rakyat, Cak Benu dan seluruh kolega, mesti menempatkan aspirasi rakyat dalam keseluruhan fungsi parlemen. Mulai dari fungsi sebagai pembuat undang-undang, fungsi penyusun dan penentu APBN atau APBD, dan fungsi kontrol atas pelaksanaan seluruh undang-undang atau peraturan daerah," cetus Tete Misai.

"Siap.. Tete.. Saya tidak akan pernah lupa seluruh nasihat Tete, Ete dan Atok, sejak pendaftaran, persiapan kampanye, kampanye, pelantikan, dan yang baru saja Tete sampaikan," ujar Cak Benu.

Ketiga lansia itu menyimak omongan Cak Benu.

"Itu sebabnya, sejak jalan sehat pagi di hutan konservasi ini, saya senandungkan Ker Tanoker, nyanyian kecil saya yang penuh makna. Terutama dalam menjalankan fungsi hidup insani kita," kata Cak Benu.

Dia pun menjelaskan, makna syair yang dia senandungkan.

"Ker- tanoker, di mana barat, di mana timur / Ker-tanoker, siapa menyapa lebih dulu akan panjang umur. Ini akan saya pegang, sebagai wakil rakyat, saya akan terus menyapa rakyat, mengenali masalah yang mereka hadapi, dan memperjuangkannya di DPRD," ujar Cak Benu.

Ketiga lansia itu mengangguk, tanda paham.

"Ker-tanoker, ada jambu masak separuh / Bila tak bertegur sapa, besok menyapa duluan. Ini sudah saya lakukan, gangguan komunikasi dan interaksi sosial yang disebabkan Pemilu lalu, kami hampiri dengan silaturrahmi, saya mengambil inisiatif untuk menyambangi.."

"Ker-tanoker, ada jambu masak sekeranjang / Boleh bertengkar, besok menyapa di sendang. Ker-tanoker ada jambu masak setakaran/Boleh bertengkar besok menyapa di jalan // Ker-tanoker, ada jambu masak di pagar/ Boleh bertengkar, besok mernyapa di langgar//. Saya akan belajar dari Tete, Atok, dan Ete untuk bersikap egaliter. Terutama dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Adu argumentasi dan tetap saling sapa dalam semangat persatuan," ungkap Cak Benu lagi.

Tete Misai, Ete Dapolo, dan Atok Sengon nampak senang. Ketiganya tersenyum kepada Cak Benuh.

"Senang hati kami berjumpa wakil rakyat seperti kamu, Cak Benu. Jangan pernah membuat rakyat kecewa. Layani rakyat, dengan integritas, dan jangan mengkalkulasi aspirasi rakyat dengan bilangan, angka-angka..," ujar Tete Misai, sambil ingin membayar sarapan pagi mereka.

Cak Benu sigap.. "Tete tak usah repot, biar wakil yang menyelesaikan..," kata Cak Benu, lantas mencium tangan Tete, Ete, dan Atok.. yang beranjak untuk pergi...

"Sikap Cak Benu sudah benar itu... Atok Sengon bagi ilmu, Ete boleh bagi pengetahuan, saya akan bagi pengalaman untuk dia..." ucap Tete Misai, sambil bergegas meninggalkan hutan tutupan itu.

Ker-tanoker ! 



Baca juga : Cengkeh Tumbuh di Sela Batu

Editor : Web Administrator
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 168
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 340
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 365
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 335
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 432
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1505
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1322
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya