[ Renungan ]

Kecoa

| dilihat 2017

GERAKAN sapu bersih Balairung sedang berlangsung. Seluruh sudut dan sisi tempat perhelatan yang terletak satu kompleks dengan kediaman Malin Kundang, itu tak ada yang tersisa. Giliran kamar mandi dibersihkan, alamaak... tiba-tiba serombongan kecoa berhamburan. Beberapa di antaranya, terbang, lalu hinggap di pangkuan Bunda Kandung.

Tak alang kepalang kagetnya beliau, sehingga berteriak-teriak sambil menggebah binatang berwarna coklat yang tak disukai banyak manusia, itu. Malin membawa ibunya ke beranda Balairung, duduk bersama Malin dan Abu Nuwas.

Itulah cara paling aman yang bisa dilakukan Malin. Sementara itu, dengan semangat yang terus membara di dalam dada, Oyot dibantu Kabayan, Pak Belalang, dan Mat Jantuk terus membasmi para kecoa. Cairan pestisida disemprotkan dengan antusias.

Ketika azan Dzuhur kumandang dari masjid di seberang Balairung, gerakan sapu bersih berhenti. Oyot, Kabayan, Pak Belalang, dan Mat Jantuk nampak berkeringat. Ketiganya buru-buru mandi, lalu mengambil wudhu. Ketiganya harus bergegas ke masjid.

Beberapa jam kemudian, selepas salat Isya’ mereka duduk bersama Abu Nuwas, menikmati teh, kopi, dan kue kaak yang menghangatkan tubuh.  Malin memberikan apresiasi terhadap kerja keras mereka di siang hari. Malin senang hati, menyaksikan Bunda Kandung, ibunya, sudah bisa tenang menjahit kerudungnya.

“Wan Abu, berapa banyak kecoa di dunia?” tanya Oyot.

Abu Nuwas, Malin Kundang, Kabayan, Pak Belalang, dan Mat Jantuk tersentak.

Ah.. aya aya wae, maneh..,” tanggap Kabayan. 

Ya, memang ada-ada saja pertanyaan itu, tapi jelas bukan mengada-ada. Abu Nuwas balik bertanya: apa yang membuat Oyot mengajukan pertanyaan itu?

Serius Oyot menjawab, “Saya membayangkan, dunia dikepung oleh kecoa. Para kecoa keluar dari seluruh toilet, lalu bergerak bersama-sama, masuk ke seluruh kamar tidur, kantor, mall, pasar, sekolah, stasiun kereta, bandara, gedung DPR, dan lainnya. Pokoknya seluruh tempat yang dibangun manusia.” 

Kabayan, Pak Belalang, Mat Jantuk menarik nafas. Malin Kundang mengembara dengan pikirannya sendiri sebagai saudagar. Di benaknya melintas hasrat mengakuisisi pabrik racun kecoa. Abu Nuwas memandang tajam ke wajah Oyot, membuat Oyot salah tingkah.

“Aku perkirakan jumlah seluruh kecoa di dunia, lima ratus ribu miliar,” jawab Abu Nuwas.

Semua kaget.

“ Setiap seorang manusia, akan disertai seratus kecoa. Jadi, bila penduduk dunia sekarang lima miliar jiwa, maka sejumlah itulah populasi kecoa di dunia,” ujar Abu Nuwas.

“Wah, mengerikan ya?” cetus Oyot.

Abu Nuwas menggeleng.

“Bagaimana mungkin tidak mengerikan, Wan?” ujar Kabayan.

“Kecoa hidup di tempat-tempat kotor dan gelap, termasuk tempat sampah, toilet, septic tank, dapur basah, pasar basah, dan sejenisnya,” jawab Abu. “Jadi, bila tempat kita kering, bersih, dan terang benderang, kecoa tak akan hidup bersama kita,” lanjutnya.

Malin masih terus melayang  ke gumpalan angka-angka di benaknya: menghitung nilai akuisisi, keuntungan, dan segala sisik melik bisnis yang bisa dia peroleh dari kecoa. Bilangan kian cepat bergerak di benaknya, saat Abu Nuwas bilang, racun serangga tak akan memusnahkan seluruh kecoa.

Nampak Oyot pucat. Dia seperti menggigil. “Ooo.. mengerikan.. sangat mengerikan,” cetusnya, nyaris tak terdengar. Abu Nuwas terkekeh. “Tenang Oyot.. tenang. Kecoa tidak akan menghancurkanmu. Yang akan menghancurkanmu adalah manusia bermental kecoa,” seru Abu Nuwas..| 

Editor : Web Administrator
 
Ekonomi & Bisnis
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 276
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 138
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Energi & Tambang