Jangan Lagi Mencari Ketiak Ular

| dilihat 2242

SALAH satu nasihat menarik yang disampaikan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo kepada Prabowo Subianto, yang terus tersimpan di benak saya adalah seperti ini : “... sekarang kamu dijadikan sasaran macam-macam. Jangan harapkan teman-teman kamu sendiri akan membantu. Orang yang berutang budi terhadap kamu pun bakal meninggalkan kamu. Tapi, dalam keadaan segelap apa pun niscaya masih ada orang-orang baru yang akan membantu. Jadi harus tabah. Kedua, jangan merasa kasihan pada dirimu sendiri, jangan menjadi dendam, ini kehidupan sendiri, hadapilah!”.

Bagi anak-anak dari keluarga yang menjadi korban politik Presiden Soekarno dan korban politik Soeharto, nasihat semacam inilah yang terus menerus membuat hidup menjadi optimistik. Termasuk berani menjalani kehidupan mandiri. Meskipun keadaan yang harus dihadapi, begitu pahit dan getir.

Hidup tanpa dendam adalah keniscayaan. Hidup berpegang teguh pada keyakinan terhadap hakikat kebenaran (dan bukan presumsi kebenaran) adalah keindahan. Dan, hidup dikepung oleh beragam presumsi buruk dan kelam, adalah tantangan untuk tidak pernah menyalahkan gelap, melainkan menemukan suluh untuk menerangi gelap. Dengan begitu, kita tak akan terjebak pada situasi : “Bercermin dalam gelap.” Situasi yang membuang rakyat terjebak situasi ‘mencari ketiak ular.’ Apalagi kini, ketika hidup tinggal lagi  melanjutkan jalan terang yang sudah disiapkan sebelumnya.

Suasana kebatinan semacam ini, mungkin hanya terasakan oleh mereka yang mengalami masa-masa suram. Tak hanya keluarga para korban yang mengalami nasib buruk yang ditimbulkan oleh perseteruan politik sejak dekade 40-an sampai dekade 80-an. Apalagi, semua peristiwa itu sudah menjadi takdir dan sejarah.

Tak ada gunanya meratapi masa lalu yang hanya akan membuat bangsa ini menjadi bangsa yang ambivalen. Terutama, karena di masa lalu, tak hanya cerita terang benderang yang dihasilkan, melainkan juga cerita kelam yang gulita. Terutama dalam konteks bangsa ini memilih jalan demokrasi dan melaksanakannya dalam kehidupan nyata.

Ke depan, bangsa ini menghadapi tidak hanya persoalan ketahanan pangan, energi, dan lingkungan. Banyak persoalan-persoalan mendasar yang harus dilakukan, termasuk mempercepat proses penguasaan kembali eksplorasi – eksploitasi dan produksi sumberdaya alam yang terlalu lama dikuasai oleh negara-negara asing. Terutama di lapangan energi, mineral, batubara, dan lainnya.

Karena itu, dalam memenuhi hak dan kewajiban politik warga negara dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden 2014-2015, yang harus dilakukan bukanlah saling menista dan saling mengorek kembali luka lama di jaman gelap. Melainkan, bagaimana kita saling unjuk prestasi, kelebihan, dan kemampuan membawa bangsa ini sungguh ke dasar dan tujuannya: Pancasila ! Lantas, menjadikan bangsa ini, seperti dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjadi bangsa yang mandiri, berdaya saing, dan berperadaban unggul pada tahun 2045. Pada era, seabad Indonesia Merdeka kelak.

Para Capres – Cawapres beserta seluruh pendukung dan pengusungnya, jangan lagi bersoal yang akan menyebabkan informasi kian noise, bising, dan gaduh oleh hal – hal tak perlu yang hanya akan menimbulkan perpecahan. Melainkan, bagaimana sekuat tenaga menyampaikan informasi yang jernih berdasarkan hakikat kebenaran dan bukan presumsi kebenaran.

Dengan cara demikian, bangsa ini akan melewati proses suksesi kepemimpinan nasional yang jauh lebih baik. Apalagi bila ingin melihat realitas politik yang ada kini. Siapapun yang kelak terpilih sebagai Presiden – Wakil Presiden, tak akan dapat menjalankan pemerintahannya secara efektif dan efisien, bila sejak kini kita tidak memusatkan perhatian pada sinergi positif dalam merumuskan dan mewujudkan visi bangsa yang sesungguhnya.

Karenanya, inilah momentum terbaik mempromosikan kebaikan dan kebajikan, sekaligus meninggalkan dan menanggalkan apa saja dan siapa saja yang menodai sejarah masa depan kita. Jangan lagi mencari ketiak ular...|

Editor : Web Administrator
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 423
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 995
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 231
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 707
Momentum Cinta
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 218
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 430
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 429
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 399
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya