Jalani Hidup Laksana Bambu

| dilihat 3983

AKARPADINEWS.COM | TANAMAN bambu memiliki makna filosofis yang bisa diadopsi dalam laku hidup manusia. Bambu menggambarkan kelenturan. Ketika dihempas angin kencang, bambu tidak akan roboh karena mengikuti arah angin, lalu kembali kembali ke posisi semula. Bambu juga laksana padi, yang semakin berisi semakin merendah. Bambu, semakin tinggi, semakin lentur ke bawah. Karakter bambu itu mengajar manusia untuk selalu merendah, meski memiliki segudang pengetahuan maupun kemampuan.

Bambu juga memiliki sifat berjamaah. Bambu yang tumbuh berumpun mengajarkan kepada manusia agar menjadi mahluk sosial yang toleran, menjauhkan dari pertikaian. Bambu juga menggambarkan kemandirian karena daunnya yang jatuh menjadi pupuknya sendiri. Bambu juga menggambarkan cita-cita yang tidak pernah habis karena sekali menanam, seumur hidup akan terus tumbuh. “Jadilah manusia seperti bambu karena serba guna dan banyak manfaatnya untuk manusia lain” kata H Jatnika Nangamihardja (59 tahun), salah satu pendiri Yayasan Bambu Indonesia.

Sayangnya, dengan segala manfaat dan makna filosofisnya, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bambu masih dianggap sebagai tanaman liar. Padahal, leluhur masyarakat Indonesia dulu, menjadikan bambu sebagai 'sahabat'. Bambu menjadi bahan yang dapat mendukung transportasi seperti pembuatan rakit untuk menyeberangi sungai maupun untuk jembatan. Bambu juga menjadi talang atau tempat air mengalir, dan sebagainya. Bambu juga menjadi salah satu bahan utama kerajinan rumah tangga.

Tak hanya itu, bambu juga menjadi senjata utama (bambu runcing) yang digunakan para pejuang dalam mengusir para penjajah. Para pejuang mengandalkan senjata bambu runcing karena kala itu masih minim ketersediaan senjata api. “Serumpun bambu sejuta makna, serumpun bambu sejuta manfaat, serumpun bambu sejuta karya, serumpun bambu sejuta pesona dan serumpun bambu memukau dunia” jelas pria kelahiran 2 Oktober 1956 dari Cikidang Sukabumi saat diwawancarai AkarPadi News di Cibinong-Bogor pada akhir April 2015.

Kini, keberadaan bambu dianggap kurang begitu penting. “Pemerintah kita tidak punya upaya, tidak ada perkebunan bambu. Padahal, meski dianggap tanaman liar, bambu menghasilkan (manfaat),” ucap Jatnika yang akrab disapa Abah. Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi bambu, mengalahkan Tiongkok, Jepang, maupun Vietnam.

Berbeda dengan Tiongkok, di mana bambu adalah tumbuhan yang dikembangkan. Di sana, diupayakan di satu provinsi, ditanami 75 persen bambu. Demikian pula di Jepang, di mana setiap tempat kaisar, harus ditanam bambu. Karenanya, hutan-hutan bambu tetap dipelihara di Jepang. Di Vietnam juga dihiasi tanaman bambu. Sekitar 65 persen, wilayahnya ditanami bambu. Di sana, bambu menjadi tanaman yang mampu memperbaiki lingkungan, dengan pertumbuhan yang cepat dan sekali tanam.

Pemerintah baiknya mendorong pengembangan perkebunan bambu. Pasalnya, kelak serat pakaian masa depan berbahan bambu. Sedangkan bambu yang diproduksi dari ketiga negara itu, tidak begitu bagus untuk dijadikan serat pakaian. Produksi bambu di Tiongkok dan Jepang juga terbatas karena bambu tumbuhnya satu-satu. Berbeda dengan bambu yang tumbuh di Indonesia, yang tumbuh secara berumpun.

Kecintaan Abah pada bambu mulai tertanam sejak kecil, “Seperti pada masyarakat Sunda di pedesaan, bambu sangat dekat dengan keseharian saya” tutur Abah. Di masyarakat Sunda, bambu yang disebut Awi (Ajang Wiwitan), diajangkan pertama kali untuk berkreasi.

Abah mulai membuat kerajinan bambu berupa alat dapur setelah diajarkan guru dan keluarganya. Saat SMA, Abah juga menekuni musik berbahan bambu seperti suling, angklung, dan lain-lain. Setamat SMA, Abah merantau ke Jakarta, melatih Pencak Silat di sekolah-sekolah. Pada tahun 1976, Abah mendirikan Paguyuban Pengrajin Kidang Kencana yang memasok bambu ke pangkalan-pangkalan hingga membuat mebel yang diekspor ke Taiwan, Kyoto, Brunei, Spanyol dan Amerika. Di tahun 1985, Abah merintis saung dan rumah bambu. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 4.700 rumah bambu yang dibuatnya. 

Karya Abah berupa rumah bambu semi permanen yang dipamerkan di pameran flora fauna di lapangan Banteng-Jakarta, mampu menarik perhatian masyarakat, termasuk Ibu Tri Sutrisno, istri dari wakil presiden Tri Sutrisno di zaman Soeharto. Akhirnya, tahun 1995 bersama berbagai pihak, dia mendirikan Yayasan Bambu Indonesia yang berawal dari Paguyuban Pengrajin Kidang Kencana.

Di lahan 11 hektar, sepanjang bantaran Kali Ciliwung yang awalnya menjadi kumuh, Abah menyulap kawasan ini menjadi lahan konservasi, pelestarian, dan budidaya. Abah juga mengembangkan pengrajin dan memberikan pembelajaran tentang bambu dari kursus. Abah juga mengajarkan wiraswasta bambu pada masyarakat.

Selain itu, Abah mengajarkan Silat Cimande, senam rumpun bambu, senam Hijaiyah. Lebih dari 2.000 orang dari sejumlah daerah, bahkan dari Jepang, Jerman, Brunei, Afrika, Korea, belajar dari Yayasan Bambu Indonesia. Terdapat lebih dari 40 spesies bambu yang hampir langka di Yayasan Bambu Indonesia seperti bambu bitung, gombong, ater, haur koneng, dan lain-lain. Setiap bambu terdiri dari 30 bagian yang setiap bagiannya memiliki manfaat tersendiri.

Setelah sukses mendirikan Yayasan Bambu Indonesia, serupa karakter bambu, cita-cita Abah  berlanjut, ingin mendirikan masjid terbesar di dunia yang terbuat dari bambu. Dia juga memimpikan membuat kampung atau desa wisata terpadu dan mandiri yang di dalamnya terdapat kerajinan bambu, tempat pentas dari bambu, museum bambu, termasuk kontruksi dan alat-alat musik dari bambu. Dia juga ingin membuat kebun raya bambu yang di dalamnya terdapat jenis-jenis bambu di seluruh dunia, laboratorium, dan perpustakaan. Dia juga mengharap agar perkebunan bambu yang dikembangkannya diolah oleh industri berbahan dasar bambu. Abah mengharap mimpinya itu disambut para pengrajin, pengusaha, akademisi, praktisi hingga pemerintah.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 246
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 341
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 952
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1175
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1441
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1587
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya