Inspirasi dan Kreasi Hajatan Betawi Universitas Islam AsSyafiiyah

| dilihat 1936

Catatan Bang Sém

Untuk kedua kalinya, Hajatan Betawi Universitas Islam As Syafi'iyah (UIA) digelar. Universitas yang merupakan matarantai perintisan dan kepedulian tokoh (dan pahlawan dakwah Betawi) KH Abdullah Syafi'ie terhadap pendidikan, mengambil momentum bulan November. Kali ini digelar pada Sabtu dan Ahad (10-11 November 2018), bertepatan dengan Hari Pahlawan.

Rektor UIA, Dr. Masduki Ahmad menjelaskan, Hajatan Betawi digelar sebagai bentuk kepedulian nyata UIA terhadap kebudayaan Betawi, sebagai bagian tak terpisahkan dari kajian dan aksi penelitian yang menjadi fokus Pusat Studi Betawi - UIA.

Dengan Hajatan Betawi, UIA tak hanya melakukan kajian akademik dan penelitian, melainkan unjuk aksi memfasilitasi eksibisi dan presentasi ragam produk budaya Betawi.

Menurut  penggagasnya - Prof. Dr. Dailami Firdaus (Ferdy) yang juga Senator mewakili DKI Jakarta di DPD (Dewan Perwakilan Daerah) Republik Indonesia, Hajatan Betawi diselenggarakan sebagai ekspresi komitmen UIA terhadap kebudayaan dan pengembangan potensi modal insan Indonesia, khasnya kaum Betawi.

Pertimbangan lain adalah meneruskan pengabdian allahyarham Prof. Dr. Tutty Alawiyah - sosok perempuan Betawi yang menjadi inspirator kemajuan perempuan muslim dunia di abad modern. Lantaran demikian, dalam Hajatan Betawi UIA kali ini juga diluncurkan buku bertajuk, "Prof. DR. Hj. Tutty Alawiyah AS, MA. The Inspiring Women. Penggagas dan Penggerak Keadilan Gender." Dalam acara Hajatan Betawi kali ini juga dipamerkan Al Qur'an Mushaf Betawi dan Pameran Lukisan Betawi - Sarnadi Adam.

Allahyarham Tutty Alawiyah mengamanahkan kepada anak-anaknya (H. Muhammad Reza Hafiz, H. Dailami Firdaus, Hj. Nurfitria Farhana, Hj. Lily Kamalia, dan Hj. Syifa Fauzia) yang meneruskan pengelolaan UIA, Pesantren Khusus Yatim, BKMT (Badan Koordinasi Majelis Taklim), dan lainnya dua hal pokok. Yakni : Kemuliaan di dunia dengan mengabdikan diri kepada umat dan bangsa melalui berbagai aktivitas sosial, terutama pendidikan dan dakwah; dan, Muruah di akhirat.

Allahyarham meninggalkan warisan dan tanggungjawab yang dapat dikembangkan sebagai fasilitas mewujudkan amanah itu. Dalam konteks itulah, salah-satu ekspresinya, diwujudkan dalam bentuk Hajatan Betawi.

Esensinya adalah mengembangkan kebudayaan Betawi secara multidimensi. Selain bakti sosial yang diselenggarakan sejak 1 November 2018, dua hari puncak gelaran Hajatan Betawi kali ini, diisi dengan presentasi dan eksibisi produk budaya Betawi, termasuk ekspresi kreatif kaum muda (generasi millenial) Betawi dalam bentuk seni musik dan pertunjukkan. Termasuk sajian film presentasi Lenong Betawi di studio UIA yang dirancang H. Muhammad Reza dan menampung 15o orang).

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyambut baik kegiatan Hajatan Betawi UIA, dan mengingatkan, agar tahun depan diselenggarakan lebih besar lagi. Karena kegiatan ini merupakan ikhtiar pemajuan produk budaya dan kebudayaan Betawi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, bersedia membantu. Termasuk penerbitan buku dan produk literasi lain yang mendorong dan memajukan budaya Betawi.

Anies mengingatkan, produk-produk literasi itu, tentu tak hanya berdimensi lokal dan nasional, melainkan harus berdimensi internasional. Ia mewanti-wanti agar produk literasi tentang Betawi disajikan dalam bahasa internasional, minimal bahasa Inggris dan bahasa Arab.

"Banyak kitab karya ulama kita, khususnya Betawi bagus-bagus kualitasnya, tetapi sebagian terbesar ditulis dalam bahasa Indonesia, belum dialihbahasakan dan belum juga ditulis dalam bahasa Inggris atau Arab. Padahal, di masa lalu, banyak karya ulama Betawi dan Nusantara yang mendunia, karena ditulis dalam bahasa Arab," ungkapnya.

Hajatan Betawi UIA dalam pandangan Anies mengandung dua makna dalam satu tarikan nafas. Pengembangan produk dan potensi budaya Betawi di satu sisi, dan penerusan perjuangan dan cita-cita allahyarham Tutty Alawiyah.

"Ini contoh keberhasilan yang nyata. Allahyarham melahirkan anak-anak yang mampu meneruskan perjuangannya," ungkap Anies, sambil kemudian memimpin khalayak membacakan Al Fatihah untuk Allahyarham.

Anies juga mengingatkan pengembangan budaya Betawi akan berlangsung melalui proses kreatif yang bermula dari ikhtiar kreatif yang (di masanya) mungkin 'melawan pakem' atau 'keluar pakem,' lalu jelma jadi kebiasaan, dan akhirnya menjadi budaya.

"Budaya Betawi harus dikembangkan. Jangan hanya dilestarikan," ujarnya. Dan, memberi garis tebal atas ungkapan Ferdy sebelumnya, Anies menegaskan, pengembangan itu hanya mungkin dilakukan, bila seluruh potensi kaum Betawi bersatu.

Pernyataan itu relevan dengan ayat yang dibaca qari di awal acara, tentang ta'aruf yang relevan dengan ta'awun (kolaborasi), dan mewujud dalam silaturrahmi. Inilah yang merupakan nilai budaya, singgung Anies.

Kegiatan tahunan UIA -- yang mulanya adalah Akademi Pendidikan Islam As Syafi'iyah yang didirikan pada 14 November 1965 dan berubah menjadi UIA pada 12 Maret 1969 -- itu, menarik diikuti. Terutama, karena institusi peradaban ini, cikal-bakalnya adalah Madrasah Al Islamiyah yang dirintis KH Abdullah Syafi'ie pada tahun 1928 saat usianya baru 18 tahun. Madrasah itu kemudian berkembang menjadi Perguruan As Syafi'iyah.

Pada 14 November 1965 itu, Dr. Mohammad Hatta - Proklamator -- yang juga saksi pernikahan Allahyarham Tutty Alawiyah dengan Chatib Naseh  -- memberikan Kuliah Umum Perdana. Semula direncanakan Kuliah Umum akan disampaikan Jenderal Besar Dr. A.H Nasution pada 1 Oktober, namun urung, karena terjadi pengkhianatan PKI, 30 September 1965. Kuliah Umum itu merupakan momentum khas dan istimewa, yang dalam konteks kemasyarakatan kaum Betawi, merupakan strategic cultural leap - lompatan strategis budaya dalam mewujudkan muruahnya, sehingga kaum Betawi tak hanya dilihat sekelip mata. Dalam konteks gagasan, bertalian tak langsung dengan pergerakan Moh Husni Thamrin sebelumnya.

Nilai itu relevan dengan esensi pidato Gubernur Anies yang mengulang-ingat tentang peran kaum Betawi dalam keseluruhan konteks perjuangan kebangsaan Indonesia. Nabil -- salah seorang putera allahyarham Hj. Suryani Thahir daiyah Betawi seangkatan allahyarham Tutty Alawiyah -- merefleksikan lewat lagu yang dinyanyikannya bersama mahasiswi UIA tentang sosok kaum Betawi kiwari dan kesadaran kultural, untuk tak hanya jago jual tanah.

Intisari heroisme kaum Betawi ditampilkan oleh lima guru besar silat tradisi, dipandu H. Basir Bustomi - Panglima Komando Nasional Brigade 411, salah seorang Jawara Betawi, di atas panggung Hajatan Betawi UIA. Lima guru besar silat tradisi yang datang dari lima wilayah kota Jakarta, itu menampilkan jurus mereka masing.

Inspirasi dan kreasi Hajatan Betawi UIA, memang menarik. Termasuk sajian ragam 'dolanan anak' Betawi yang disajikan bocah-bocah asuhan Dr. Tutty Tarwiyah yang memimpin Pusat Studi Betawi UIA. Gubernur Anies Baswedan tertarik untuk foto bersama dengan anak-anak itu, sebelum meninggalkan acara, untuk menghadiri kegiatan lain, di lokasi lain. Anies juga tekun menikmati atraksi Palang Pintu ketika akan masuk ke arena acara didampingi Ferdy dan Ria.

Hadir dalam acara itu Ketua dan Sekretaris Majelis Ulama DKI Jakarta, pimpinan BKMT se DKI Jakarta, Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi Becky Mardani, Direktur Eksekutif Gerbang Betawi dr. Ashari dan sekretarisnya, Muhammad Sulhi beserta sejumlah pengurus dan tokohnya, Anggota DPR RI Biem Benyamin S (putera allahyarham H. Benyamin S), H. Jusuf Effendy, sejumlah ulama, Raja Pantun Betawi H. Zahruddin Ali AlBatawi, para seniman dan kalangan kaum millenial Betawi, serta khalayak ramai. Tentu, kalangan civitas academia UIA, termasuk Prof. Dr. Mubarak. |

Editor : sem haesy
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 203
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 377
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 223
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1158
Rumput Tetangga
Selanjutnya