PUISI

Catatan Malam Seorang Ayah

| dilihat 2107

Nak, anakku..

Kulipat ramai jadi sunyi,  

kangen gelepar di ujung waktu

pada persinggahan kembara.


Salju turun berambat,  mengubah wajah kota.

ketika lelah meminta rebah istirah terbayang wajahmu.

kulihat sunyi jelma hamparan asa


tempat benih kasih sayang tumbuh


jadi rerimbunan pokok cinta


terus tumbuh terbina masa


meski angin dan badai menghempas kita


di tatap pandang tajam matamu


kuletakkan keabadian kasih sayang dari-Nya

kutuliskan puisi tentang sunyi


yang tak pernah berubah jadi lagu


pengantar tidur di setiap lelah..

 

Nak, anakku..

di basah tatap pandang matamu


kubaca seluruh aksara tentang hidup
yang telah kukunjungi,

sedang kutelusuri, dan yang tak kan pernah kusinggahi.

imajiku tak kuasa melesat terbang jauh memasuki takdirmu


jemariku tak berani menggubah syair


yang harus kau dendangkan


bahkan ujung penaku tak menuliskan puisi

tentang bagaimana aku harus berharap

meski kutahu kau bisa membaca harapku

pada malam ketika resah menghadang istirah

sering kubaca ulang rangkai cerita seluruh gontai langkahku


di laluan panjang kehidupan

menyibak belantara tempat ku tinggalkan tapak-tapak sejarah

Tapi tak pernah berani aku menuliskannya untukmu

karena kuingin kau menuliskan sendiri

kisah hidupmu kelak kan jadi simpul cita dan asa


di sana kau kan tuliskan ikrar abadi


tentang cinta

penuh warna


cinta insani kepada Al Khaliq


bukankah sejak masih kecil dan merangkak tumbuh

lalu menjadi sosok lelaki dewasa


kau kusiapkan menjadi dirimu sendiri..

tugasku sebagai ayah hanyalah memberimu jalan

untuk melangkah


melindungimu dari cuaca pergantian musim

yang kini tak bisa diprediksi lagi

 

Nak, anakku..

tak kan pernah cukup apapun
yang kuberikan kepadamu


karena tanggungjawabku memeliharamu

sebagai amanah
tidaklah berakhir

hanya pada ketika
kau berikan aku ijazah


atau ketika kau memetik dawai asamu

mendendangkan lagu sukacita


amanah seorang ayah kepada anak-anaknya


tak berbilang ruang

tak berbatas waktu

bahkan mungkin sampai Al Khaliq memanggil pulang

dan meminta pertanggung jawaban


sebagai penerima amanah


menjadi orang tua,

menjadi ayah


bukanlah sesuatu yang mudah


tak hanya karena ayah adalah cermin hidup


bagi anak-anaknya


juga karena ayah adalah sosok insan

berpadanan sukma dengan jiwa anak-anaknya


laksana dua garis linear membentang bersejajaran,

tapi tak pernah mungkin menjelma dalam satu garis

kadang kufikir,

menjadi ayah adalah menjadi mentari faktanya,

menjadi cahyanya pun aku tak cukup daya

aku bukan penunjuk jalan

yang boleh menuntunmu ke mana kumau,

ke mana kurancang


aku sekadar memandu jalan bagimu

menuju duniamu


kupandu kau, melangkah di titian janjiku

kepada Al Khaliq
 pautan hidup

berpadu di gelora kehidupan menggencar

yang kita pegang kokoh melintasi ruang dan waktu

laluan cinta hanya ‘tuk gapai cinta-Nya


laluan kasih sayang tuk raih rahman rahim-Nya

 

Nak, Anakku..


kulipat jadi sunyi, kubuka sunyi jadi riuh

kutebar kebajikan sebisa kumampu


kutanam di hampar luas keikhlasanku

benih-benihnya tumbuh merambah ladang hidup

di setiap fajar tiba,

selepas sujud membasah air mata

kugumamkan do’a-do’a ke titik arasy-Nya


jadi ungkapan cintaku kepadamu


cinta ayah kepada puteranya


yang ‘kan terbaca di gerai cindai


tapi mungkin tak kan pernah kukunjungi


Kini, kau telah tumbuh menjadi lelaki


Yang melintasi pagi di awal hari


Yang melintasi siang dengan panas menantang

Yang melintasi senja selepas petang


Sebelum melintasi malam menawarkan tilam

Lelaki yang melangkah tegap di jalannya

Memikul tanggung jawab bagi dirimu dan keluargamu

bagi kehidupanmu sendiri


yang tak pernah ingin kubayangkan


meski kelak hampar hidupmu adalah


taman sari

penuh bebungaan aneka warna

bertabur wewangian semerbak berpadu

sebelum petir mengguruh


yang bisa kupesankan

sekadar
cara menghadapi angin dan badai

menyiasati petir kala badai

mengimbangi guncangan bumi kala gempa

aku hanya punya angin ringan desaunya

kelak menerbangkan rinduku pada anak-anakmu

pada canda sukacita senyum tipis mereka

sebelum kupejam di jelang malam separuh

 

Nak, anakku..

di pantai imaji kau berlari riang ria

menyambut rembulan tiba

membaca canda para bidadari


yang kelak kan diturunkan Ilahi

bocah-bocah mungil yang tumbuh kembang

dengan kisah dan ceritanya sendiri-sendiri

bila masih tersedia waktu menyaksikannya

kala itu aku kan tebar senyum terindah

seperti senyum menyambut asa

ketika mimpi indah mendekap

sebelum tiba pergantian waktu

 

Nak, anakku

Dalam dekap dingin ketika jendela kamar kubuka

Di seberang sana,
 kastil tua hantarkan terang cahaya lelampuan

Lelampuan penghias jembatan penyeberang sungai

Sudah redup, karena pagi sebentar tiba.


Di kota tua tempat Tuhan sulit dicari


Allah nan maha Pengasih maha Penyayang

selalu memanduku
Ketika kukenangkan kau K

ukirimkan dalam puisiku aliran cinta-Nya

Teruslah tumbuh sebagai lelaki dewasa

pemandu hala di laluan menuju cintamu

menuju cinta-Nya


Malam tak menyisakan remang ketika baru saja berlalu.

Rembulan tak pernah gelisah


Saat mesti pergi sebelum mentari ganti memancar.

Dingin yang turun bersama salju


Seperti asa yang turun bersama berjuta kehendak

Angan biasa lelaki beranjak tua


Yang merasa lelah ngembara


Tapi, bagaimana aku mesti istirah,

melepas lelah,

walau telah terlalu lama kucari ruang tetirah.

Sekadar mencari tempat raga mesti direbahkan.

Mungkinkah belum usai saat ngembara?


Tak henti melintas masa.


Dan istirah hanya sesaat melepas sendawa.

 

Nak, anakku

Tubuhku mulai ringkih


Tak lagi sanggup dibekap dingin


Tak kuasa lagi mendekap panas


Di beragam tempat


Di beragam musim


Di sudut ruang dunia


Di persimpangan masa


Yang kusadari adalah
 kusut lusuh wajahku

belum lagi terbasuh.

Cindai Ilahi yang kuterima dari mendiang ayah ibuku

Tak cukup teliti kupelihara


Koyak ujungnya, moyaknya belum terajut.

Semestinya aku yang merajut tilam
di gelap malam.


Tapi mataku tak cukup terang


Kulihat jalan hidup dalam remang


Dalam lelah letihku, aku kan terus ngembara

hingga entah bila.


Aku masih ingin melihat semua anak cucuku

Tumbuh berkembang memberi warna bagi subuhku kelak


Di sela usia dan aksara yang tanggal satu-satu


tak banyak yang bisa kukatakan padamu

Teruslah membuka cakrawala fikir dan nurani

Ikuti jejak Muhammad Rasulullah

seteguh keyakinan

Karena jalan yang dibentangnya

adalah
jalan keselamatan dan kedamaian

Pahamkan Allah Azza wa Jalla,


pembawa cahaya di gelap masa


Pintal lah kain kehidupanmu,


cukup hanya di simpul ma’rifat


Jangan masukkan sulaman maksiyat

Ikhlaskan hati menyaksi:

Laa ilaaha illallaah

Karena tauhid, buahnya surga.


Langit bumi dan seisinya adalah hujjah

Dengan hati, lisan, dan tangan


mari hanya berlindung kepada-Nya:


Laa ilaaha illallaah. Muhammad Rasulullah

Hanya pada-Nya kita berserah.


Pokok ad Dien, ma’rifatullaah


Dengan tashdiq aku ber-ma’rifat.


Dengan tauhid aku ber-tashdiq.


Dengan ikhlas aku ber-tauhid.

Dengan cahaya karamah

Ajak isteri dan anak-anakmu kelak


tak henti ber-shalawat


Itulah laluan ibadat, haluan syariat, kajian thariqat, pemakna hakikat

Fahamkan isyarat tegakkan shalat,


hingga cerah laluan di ba’dal mamat

Allahumma shalli alaa Muhammad
Wa alii Muhammad


Memaknai rahmat, sebelum sampai ke batas

Rentang silaturahim jangan putuskan.

Laksana bumi mengelilingi matahari


Laksana rembulan mengelilingi bumi


Kelak, ketika waktumu meminang gadis

Ambil yang tepat menjadi isteri


Perempuan shalihat


Tak berbantah diberi nasihat


Mengikut jalanmu sepanjang hayat


Bagimu, aku gumamkan doá :


O.. Allah


Kuatkan terus simpul perekat


Biar anak-anakku jadi sahabat


Melangkah serempak dalam khidmat menuju cinta-Mu

Mohon dengan sangat


Pautkan kami dalam irama waktu.

Senantiasa merasa kecil


Hanya di hadapan-Mu saja


O.. Allah


Mohon dengan sangat,

beri ampun seluruh dosa hamba

Beri ampun seluruh noda dosa orang tua kami

Beri ampun seluruh noda dosa isteri, anak, menantu, cucu

dan orang-orang terkasih bagi hamba..


Beri ampun seluruh orang yang kami cinta.


Beri ampun siapapun jua, yang dengannya

Engkau pautkan
 persahabatan dan persaudaraan kami


Oo.. Allah


Mohon dengan sangat


Seluruh ikhtiar kami jadi berkah berbuah rahmat

Jangan sampai berubah laknat..


Amiin..

 

(Budapest, 2013

Editor : N Syamsuddin Ch. Haesy | Sumber : Buku Urip Iku Urup
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1195
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 529
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1624
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1401
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya