Belajar Bijak dari Siluman Ular

| dilihat 2833

AKARPADINEWS.COM| Cerita rakyat Cina, Dua Siluman Ular (Ouw Peh Coa) berkembang sejak zaman Dinasti Tang (618-906). Kisah itu menyebar ke Indonesia lewat peranakan Cina sejak abad ke-18. Hingga kini, kisahnya selalu menarik dan kontekstual.

Karenanya, Teater Koma mengulas kisah itu. Lewat racikan sutradara Nano Riantiarno, Teater Koma mementaskan Opera Ular Putih, 3-9 April 2015 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pementasan itu merupakan kali kedua digarap Teater Koma. Sebelumnya, 21 tahun silam, Opera Ular Putih juga dipentaskan Teater Koma di tempat yang sama. Kisah dan esensi ceritanya masih tetap sama. Hanya perbedaan regenerasi pemain dan tata pangggung, musik, dan kostum yang lebih inovatif.        

Produksi ke-139 Teater Koma ini mengisahkan tentang siluman ular putih yang setelah bertapa selama 1.700 tahun, mampu merubah dirinya menjadi manusia dengan nama Tinio yang diperankan Tuti Hartati, didampingi adiknya ular hijau yang setia bernama Siocing yang diperankan Andhini Puteri.

Dikisahkan, Tinio menikahi seorang pemuda penjaga toko obat bernama Kohanbun (Ade Firman Hakim/Dodi Gustaman) sebagai balas budi karena di masa lalunya. Kohanbun adalah reinkarnasi seorang petani yang menyelamatkanya ketika tertangkap.

Awalnya, mereka merasakan kebahagiaan dalam menjalin mahligai rumah tangga atas dasar cinta kasih. Namun, tidak lama berselang, rumah tangga keduanya yang dikenal sebagai tabib masyur yang suka menolong orang miskin itu hancur oleh Peramal Gowi dan murid-muridnya yang meracuni pikiran Kohanbun.

Mereka membisikan Kohanbun jika Tinio jelmaan siluman ular putih. Pendeta Bahai selaku pendeta Budha selaku juga mendapat mandat dari langit untuk menangkap Tinio dan Siocing sebagai siluman, tanpa melihat kebaikan yang dilakukan.

Akhirnya, Tinio menghadapi kesaktian. Dalam keadaan hamil dan ditinggalkan suaminya, dia dikejar-kejar utusan dari langit. Di saat Tinio hampir tertangkap, Dewa Wufu (Budi Ros) mewakili langit menolongnya, meskipun Dewa Wufu melanggar peraturannya sendiri, Dewa Wufu membuat Gowi dan Bahai tidak dapat menolak. Namun, setelah Tinio melahirkan, ia akhirnya menyerahkan diri dan dipenjara di menara emas. Akhirnya, Kohanbun sang suami menyesali perbuatannya. Meskipun Tinio siluman ular, kebaikan, dan kebijaksanaannya sangat mulia.

Kisah Opera Ular Putih ini menyiratkan pesan akan kebaikan dan kebijaksanaan yang seharusnya tidak melihat siapapun yang melakukannya, sekalipun di cap siluman. Atau, seperti diungkapkan Nano Riantiarno, sulit membedakan antara siluman dengan manusia, khususnya jika dikaitkan dengan kondisi Indonesia saat ini.

Pementasan itu dikemas dengan memadukan antara opera Cina dengan teater tradisi Indonesia, baik lewat musik, tari, nyanyian, dalang dan wayang, dengan tata artistik yang lebih gigantik. Panggung Opera Ular Putih yang dinamis ini menyajikan antara fiksi dan menyindir realitas sehingga menarik untuk disaksikan. Meskipun, sesekali terlihat penonton yang mengantuk karena tempo permainan yang lambat dalam durasi tiga jam.

Namun, teks-teks komedi bernada satir mampu mengundang tawa penonton dan kata-kata yang bernas, tersaji dalam pertunjukan. Pementasan itu menyiratkan tentang persoalan korupsi, rakyat yang kelaparan, hingga pemimpin yang plin plan mengambil keputusan. Sosok siluman ular putih merepresentasikan sifat manusia dan dewa yang memiliki nurani dan kesaktian. Namun, ketika memilih menjadi manusia, dia justru dihancurkan oleh manusia itu sendiri.

Teater Koma menyakini bila teater ini menjadi jembatan menuju keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan yang manusiawi. Teater itu memberi pesan kepada manusia agar bila melakukan kebaikan tidak perlu melihat latar belakang atau status orang yang dibantunya. Kebaikan dan kebijaksanaan dilakukan atas dasar hati nurani yang tulus.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1194
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 247
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 471
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 464
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 437
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya