Puisi Puisi N. Syamsuddin Ch. HAESY

Adzan Maghrib Kali Ini

| dilihat 857

ADZAN MAGHRIB KALI INI

adzan maghrib itu terdengar lagi. memanggil-manggil dengan lirih. adzan pilu. adzan nurani insan yang rindu keadilan.

adzan dari titik al aryan di masyrik tempat Dia menitipkan sejumput gemerlap tertutup kabut dan hutan perawan yang diperkosa keserakahan. titik yang nyaris serupa dengan titik tuju seruan Allah, kala memanggil insan mulia Zakariya mengabarkan kehadiran insan dengan pesona persona Yahya. titik tempat timur dan barat dalam pusaran gerak laksana gerak thawaf.

adzan maghrib kali ini terdengar dengan irama yang bergetar, ketika awan mengembarakannya melintasi gugusan tanah kehidupan yang  diramaikan suara-suara riuh dan gaduh para abdul buthun dan kaum hubusy syahawat, yang memuliakan perut dan kerap mengabaikan kepala.

ooo.. adzan maghrib kali ini berlalu cepat, tak meninggalkan sayup meski hanya sekejap bergerak cepat, hingga mentari rebah di ujung senja. adzan luka dari kaum yang terhianati dari masa ke masa dan dimanjakan dengan janji tak sudah.

adzan maghrib kali ini, adzan pilu. karena nalar, nurani, dan rasa gigil dalam cuaca tak tentu.

ohh Kekasih.. kudengar panggilan cinta-Mu di persinggahan mentari sebelum rembulan menampakkan sosoknya di balik awan berarak.

kusambut seruan cinta-Mu, biar dalam rukuk kukenali bumi tempat awal dan akhir bertemu, biar dalam sujud kubisikkan nurani insan para mustadh'afin yang rindu damai, tenteram dalam cinta sesungguh kasih bersulam sayang-Mu. biar dalam sujud kularung segala pongah, congkak, jumawa, sombong dan takabur. biar dalam tahiyat kuseru nama kekasih-Mu, kekasih-Mu, dan kekasih-Mu

ooo.. Allah kusambut seruan cinta-Mu memaknai hakikat akhir dari segala yang bermula dari awal, hakikat mati dari segala yang hidup, hingga kelak jiwa-jiwa tenang jua yang kan berpulang ke bilik cinta-Mu.

[n. syamsuddin ch.haesy, Jakarta, 31.01.21]

ALLAH MENYAPA

Allah menyapa dengan lembut. Mengutus virus yang tak pernah kalian kenali sebelumnya, di penghujung masa, ketika sains dan teknologi kalian kawinkan dengan kekuasaan nan pongah laksana farau Ramses II memaknainya.

Kalian persekutukan dengan kebebasan insani tanpa batas menciptakan miliaran tuhan di sukma miliaran manusia yang kehilangan akal, cinta dan kasih sayang, laksana Tsamud berkecak pinggang meludahi matahari.

Ketika nalar bersimpang jalan dengan nurani  berjarak amat jauh dengan rasa, kala kalian tertimbun oleh tumpukan angka-angka kumulasi riba yang kalian dulang bersama uranium, platinum, berlian, emas, tembaga, perak, nikel, bauxit, pasir besi, batubara, laksana Qarun menghitung harta berbilang-bilang nan tak terbilang.

II

Allah menyapa dengan lembut tanpa senyuman. Mengutus virus nanomonster yang merebak ke seantero jagad, ketika kalian menenggelamkan hakekat aksara dan kata dalam timbunan angka-angka tempat kalian rayakan ketamakan dan kebakhilan, mengibarkan bendera kekuasaan di tiang ketimpangan menghunjamkan ketidak-adilan ke dasar bumi, karena kalian merasa kibaran bendera kedigjayaan menghias langit semesta raya, setelah kalian koyak gelombang frekuensi peradaban tanpa kemanusiaan. Selepas daratan dan samodera kalian eksploitasi tanpa adab. Kalian robohkan gunung-gunung. Kalian tebangi hutan-hutan. Kalian perkosa perut bumi, lantas kalian tinggalkan sebagai bengkalai peradaban yang tak pernah kalian kenali lagi apa namanya.

Kalian racuni udara dengan aneka racun pabrik dan asap pekat kebakaran hutan, yang kalian sembunyikan di balik bentang miliaran kilah yang menutupi semesta raya dengan dusta kepongahan yang teramat pandir sepanjang masa.

Kalian perkosa semesta raya dengan laku lajak, polah binal tak kenal akhlak, yang kalian rayakan dengan lomba senjata, teror dan perang tak usai sudah, lantaran otak kalian hanya mengenal sesanti: "Tak pernah ada damai tercipta tanpa perang meluas di mana-mana."

III

Allah menyapa lembut dengan kematian jutaan manusia yang kalian anggap sebagai keniscayaan, karena di hati kalian tak pernah ada lagi tempat untuk Dia beroleh hak-Nya untuk dipatuhi. Kian hari kian sempit ruangnya, karena terlalu banyak tuhan selain Dia, kalian berikan ruang semayam terlalu luas.

Jangan salahkan nanomonster virus yang adanya selinap di jasad jenazah yang kalian makamkan dengan sunyi.Yang adanya terasa dalam sengal nafas di ruang-ruang gawat darurat hospital, di lembaran kertas hasil tes tular positif dan negatif yang serba amat sementara. Yang adanya berada di perdebatan sentak sengor para ilmuwan dalam dugaan-dugaan tak pasti.

Jangan salahkan nanomonster virus yang adanya berada di perdebatan politik politisi yang tak pernah mengenali siapa sungguh dirinya. Yang adanya melekat dalam bilangan angka-angka utang yang terus bertimbun, dalam bualan kaum polinomis yang membungkus kepentingan ekonomi di balik kebijakan politik, yang duduk gelisah, lantas berdiri canggung.

IV

Allah menyapa dengan lembut lewat luah lava dan sembur awan panas gunung berapi, ketika lahar cair menunggu giliran menghambur ke udara.  Lewat banjir bandang yang tak kan terhadang dan terus meradang. Lewat tanah longsor, luruh bongkah es di kutub utara. Lewat tanah retak yang terus bergerak membentuk celah-celah bumi teman manusia terpelanting masuk dan tergencet tanpa bisa ditolong oleh sesiapa.

Allah menyapa dengan lembut lewat kemiskinan tak terkendali yang berubah jadi bara marah  di berbagai belahan dunia. Yang mengguncangkan pilar-pilar kekuasaan kaum pongah yang membentang jarak teramat jauh dengan rakyatnya. Yang menimbun asa, harapan, dan optimisme dengan apatisme dan keteracuhan, hingga kuasa dan penguasa hilang makna. Kuasa dan asa yang adanya tiada menggenapkan dan tiadanya tak mengganjilkan.

Allah menyapa dengan halusnya kesadaran sedikit kaum berakal budi, sedikit orang bijak, yang gumamnya bersama simbah air mata selepas tengah malam, merasakan ramai dalam sunyi. Kaum yang dari getar bibir mereka terdengar suara batin:

Allah tiada tuhan berkuasa melampaui kekuasaan-Mu, hamba tiada daya, berikan hamba sedikit lagi kesempatan untuk sentiasa tunduk runduk hanya kepada-Mu saja.

Allah.. di hadapan-Mu hamba bukanlah sesiapa dan bukan juga apa-apa. Ampuni dosa-dosa dan penghianatan hamba kepada-Mu.

Allah.. nyawa hamba ada pada kuasa-Mu.

Allah.. hamba menyerah kepada-Mu

Allah.. balikkan hati hamba tuk taubat sesungguh taubat..

Allahu Allah Allahu Allah Allahu Allah

 

n. syamsuddin Ch. Haesy - Jakarta, 31/01/2021     

Editor : delanova
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 432
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1503
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1322
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Energi & Tambang